Banyak sudah kreativitas yang dilakukan para pelaku seniman wayang kulit untuk mempertahankan pertunjukan wayang kulit. Selain penambahan alat musik modern juga penambahan tokoh-tokoh baru di luar tokoh pakem. Penampilannya pun amat menarik dan malah kadang sedikit vulgar namun tampak lucu dengan gaya-gaya konyol yang mengundang gelak tawa. Tawa renyah penonton yang melihat gambaran bahwa tokoh tersebut merupakan sindiran kepada para pelaku kejahatan yang ada di masyarakat maupun aparat!
Kenyataan pertunjukan wayang kulit masih belum mampu menyedot (kembali) penonton seperti halnya pada masa lalu. Selama Agustus 2015 ini, penulis mengikuti pertunjukan wayang kulit sekitar 7 kali dengan penonton tak pernah melebihi 25 orang di pertengahan pertunjukan.
Gempuran seni modern dalam arus globalisasi haruskah menjadi gombalisasi seni tradisional untuk ditinggalkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!