Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ke Dukun atau ke Rumah Sakit Umum?

6 Agustus 2015   06:04 Diperbarui: 6 Agustus 2015   12:45 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tentu ingin selalu hidup sehat, sebab sehat merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan. Namun karena keadaan tertentu kadang seseorang menderita sakit. Ada yang sakit sesaat namun cukup membuat menderita. Ada juga yang sakit selama bertahun-tahun, sekalipun sudah berobat secara rutin. Baik secara medis, tradisional, maupun alternatif.
Menghadapi keadaan seperti ini, ada yang tabah dan selalu berdoa untuk minta penyembuhan dari Sang Khalik. Tetapi ada juga yang putus asa dan berpikir miring bahwa penyakit yang dideritanya akibat kuwalat karena tidak sopan pada orangtua atau melanggar adat. Bahkan ada yang merasa akibat diteluh, disantet, atau diguna-guna orang lain yang tidak senang pada diri atau keluarganya.
Jika ada seseorang yang dekat dengan kita atau keluarga kita bahkan kita sendiri mengalami hal seperti ini, apa yang harus kita lakukan? Pergi ke Dukun atau RSU?
Sabtu, 25 Juli setelah seharian keliling Magelang, badan terasa sakit dan perut melilit. Tak ingin semakin menderita maka saya putuskan untuk istirahat dan berobat di suatu tempat yang nyaman. Ketika di sebuah pertigaan ada sebuah rambu penunjuk arah ke DUKUN dan RSU serta WONOLELO.
Karena sudah banyak orang menganggap saya sebagai ‘dukun’ dan suka saba ‘wono’ atau keluyuran ke hutan maka kuputuskan menuju RSU.


Belum sampai ke RSU, kutemukan sebuah tempat nan asri di tepi persawahan luas dengan sungai kecil yang mengalir jernih untuk melepaskan rasa sakit perut yang melilit. Jangan berpikir macam-macam saya sedang ingin melepas buangan. Tapi sedang kelaparan setelah perjalanan sepuluh jam dari Malang. Di sebuah warung kecil dan sederhana langsung memesan makanan sambil menyelonjorkan kaki. Di warung ini lebih nyaman daripada ke Dukun atau RSU. Apalagi suguhannya ‘lotek’ sebuah menu yang sulit didapat di Malang.
Mau ikut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun