Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

“Saya” Budaya Membangun Rumah secara Gotong-royong

13 April 2015   10:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat kegotong-royongan di masyarakat kita, terutama masyarakat tradisional di pedukuhan dan pedesaan, masih terasa begitu kental. Baik dalam acara suka maupun duka. Rasa keterikatan batin dalam kekerabatan dan kekeluargaan begitu mengikat satu sama lain dalam kehidupan sebagai keluarga besar.

Salah satu kegiatan gotong-royong yang pernah dan sering dilakukan masyarakat pada masa lalu adalah gotong-royong membangun rumah yang biasa disebut: saya (baca: soyo). Dan pelakunya disebut: sayan. Di beberapa tempat sebutan saya berlaku untuk setiap kegiatan gotong-royong dalam kegiatan membangun.

1428893967998449732
1428893967998449732

Keadaan sebelum dibedah

14288940021409080207
14288940021409080207

1428894044319598006
1428894044319598006

Hingga akhir 80-an, di mana perekonomian kita masih merangkak, banyak ditemui rumah-rumah gedhek dan klenengan sederhana yang dibangun secara gotong-royong. Gotong-royong yang dilakukan sayan hanyalah memberi bantuan tenaga. Bahan atau material disediakan sendiri oleh pemilik rumah.

Jika rumahnya kecil atau milik keluarga miskin biasanya kegiatan saya dilakukan mulai dari bawah, yakni pemasangan umpak dan cagak hingga pemasangan atap dangedhek. Tetapi jika rumahnya besar dan berbentuk klenengan atau tembok, kegiatan saya biasanya hanya dilakukan saat pemasangan kuda-kuda (baca: kudo-kudo) atau kerangka atap dan atap saja.

Selama kegiatan saya, makanan untuk para sayan disediakan oleh pemilik rumah. Tak menutup kemungkinan ada yang tidak disediakan makanan selain jajanan kecil dan minuman karena alasan ekonomi pemilik rumah sehingga pada saat istirahat para sayan kembali ke rumah untuk makan. Lalu saya dilanjutkan setelah istirahat.

14288941131885735684
14288941131885735684

14288941421352967223
14288941421352967223

Minggu, 12 April 2015 kemarin, sebagian warga Dukuh Putuk Rejo Desa Kemantren Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang melakukan saya untuk membedah rumah kurang layak huni milik seorang janda tunakarya. Dana atau material bedah rumah ini berasal dari Kodam V Brawijaya yang disalurkan melalui Koramil Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Warga dan aparat pedukuhan hanya menyediakan tenaga dan sedikit material, seperti paku dan perlengkapan tukang.

1428894185184856968
1428894185184856968

14288942151648382793
14288942151648382793

Pemilihan rumah yang akan dibedah berdasarkan masukan dari aparat desa dan peninjauan langsung oleh Babinsa setempat. Di wilayah Desa Kemantren ada sekitar 24 rumah yang dibedah, sedang di Dukuh Putuk Rejo (setingkat RW) ada 4 rumah rumah yang telah dibedah.

Gotong-royong dalam bentuk apa pun tentu jangan sampai musnah ditelanjaman yang terus menggerus kehidupan tradisional masyarakat kita.

1428894277795658861
1428894277795658861

Semua foto dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun