[caption id="attachment_288501" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber: PT Bentang Pustaka"][/caption]
Pengalaman puluhan tahun hidup bersama masyarakat Suku Tengger, terutama di Desa Gubuk Klakah dan Ngadas banyak memberi catatan dalam perjalanan hidupku. Apalagi setelah gagal pada pendakianku yang pertama ke Gunung Semeru di tahun 1979.
Salah satu pengalaman yang paling menarik adalah saat kami sekeluarga mengantar bantuan masker ke masyarakat Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo yang saat itu mendapat serbuan abu vulkanik letusan Gunung Bromo selama 4 bulan.
Pengalaman ini telah kutulis pada kompasiana pada 21 Oktober 2012 dan kuikutsertakan pada rencana admin yang akan membukukan pengalaman perjalanan para kompasianer dalam menjelajah negeri tercinta ini untuk mengenal keanekaragam seni, budaya, adat istiadat, serta kearifan lokal yang penuh nilai. Dan, ternyata tulisan tersebut tersebut menjadi salah satu tulisan para kompasianer yang dipilih oleh admin untuk diterbitkan.
Setelah melalui proses yang cukup lama, kemarin Sabtu, 3 Januari 2014 pihak PT Bentang Pustaka sebagai penerbit yang telah ditunjuk admin, memberitahu penulis bahwa buku ‘Jelajah Negeri Sendiri, Catatan Perjalanan Merawat Nasionalisme’ telah diterbitkan. Sebuah berita yang sungguh menggembirakan. Apalagi buku tersebut diberi kata pengantar oleh dedengkot Kompasiana, Bung Pepih Nugraha.
Buku yang mencatat pengalaman 30 orang kompasianer ini akan menambah pengalaman dan pengetahuan tentang keragaman budaya serta kearifan lokal di negeri tercinta ini. Tak salah bila buku ini akan menambah koleksi perpustakaan kita.
[caption id="attachment_288496" align="aligncenter" width="500" caption="Gambar: PT Bentang Pustaka"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H