Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ujung, Permainan Ketangkasan Khas Pemuda Tengger

12 Agustus 2012   17:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:53 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_192641" align="alignnone" width="518" caption="Satu sabetan yang telak mengenai punggung lawan dalam permainan Ujung."][/caption]

Permainan Ujung merupakan permainan tradisional  masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas Kabupaten Malang. Tak ada catatan sejarah sebagai bukti otentik serta bukti empiris bahwa ini merupakan permainan asli Suku Tengger di Desa Ngadas. Sebab, di tempat lain atau di desa-desa di wilayah selatan Malang ada yang masih menjalakan permainan ini. Misalnya di daerah Donomulyo, Sumbermanjing, Purworejo, Kalipare, dan Bululuwang serta Dampit. Namun, berbeda latar belakang diadakannya permainan Ujung-ujungan di Desa Ngadas dan desa-desa lainnya.


[caption id="attachment_192642" align="alignnone" width="527" caption="Permainan Ujung pada Upacara Karo Suku Tengger Desa Ngadas."]

134476468441623468
134476468441623468
[/caption]

Desa-desa lain biasanya mengadakan pertunjukan permainan ini pada masa akhir puncak kemarau. Dimana hujan yang seharusnya sudah turun, masih belum juga mencurahkan airnya dari langit. Jadi, boleh dikatakan permainan ini diadakan sebagai pertunjukan setelah acara ‘doa bersama’ minta hujan. Apa kaitannya? Masih dalam penelitian penulis. Mengingat permainan ini sudah jarang dilakukan di wilayah Malang Selatan karena adanya pergeseran pandangan masyarakat akibat pengaruh ‘budaya agama’  Sebelum tahun 1980an, acara ini sering diadakan di sana untuk memohon segera turunnya hujan. Memang wilayah di sana dikenal sebagai daerah kering dengan curah hujan yang sedikit. Sekarang, permohonan hujan banyak dilakukan di tempat-tempat ibadat tanpa diakhiri denganh permainan ini. Bahkan, untuk mencari sumber atau data tentang permainan ini sudah amat sulit.


[caption id="attachment_192643" align="alignnone" width="545" caption="Dua pemuda yang sedang bermain Ujung menggambarkan Setya dan Tuhu."]

13447649351024204999
13447649351024204999
[/caption]

Permainan Ujung di Desa Ngadas.

Bagi masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas, permainan ini masih dijalankan setiap tahun di akhir Upacara Karo¹ Upacara Karo merupakan salah satu upacara utama Suku Tengger selain Kasada dan Unan-unan. Upacara Karo dilaksanakan pada dua bulan setelah Upacara Yadnya Kasada atau bulan ke dua menurut penanggalan Suku Tengger. Permainan ini dilakukan hanya dilakukan oleh kaum muda pria yang bersedia dengan saling memukulkan rotan atau ujung ranting bambu ( Jawa: carang. Carang merupakan ranting bambu Ori yang dikenal kuat dan lentur ).

Beberapa pemuda yang bersedia dan berani tampil, berkumpul di depan rumah Kepala Desa atau Balai Desa. Kemudian dua orang pemuda akan saling berhadapan dengan hanya memakai celana panjang yang diikat dengan sarung khas Suku Tengger dan memakai kopiah, tanpa memakai baju atau kaos. Diiringi dengan musik gamelan khas Suku Tengger, dua pemuda yang saling berhadapan ini akan secara bergantian menyabet atau mencambuk punggung atau pinggang pemuda lawannya. Tidak diperkenankan mencambuk atau menyabet bagian tubuh lainnya. Sedangkan pemuda yang disabet atau dicambuk diperbolehkan menangkis atau menahan sabetan dengan cara memegang kedua ujung rotan atau bambu dengan menahan di hadapan tubuh yang dianggap akan menjadi sasaran. Salah tangkisan dan kurang kuatnya menahan akan tercambuk yang bisa mengakibatkan luka atau memar yang menyakitkan. Demikian saling menyabet atau mencambuk secara bergantian sebanyak 5 kali. Bagi yang kalah, tidak boleh ada dendam setelah permainan. Demikian juga bagi yang menang tidak diperkenankan menyombongkan diri. Jika aturan ini dilanggar akan menjadi bahan cemoohan dari para penonton dan warga masyarakat serta teguran dari para sesepuh desa.


[caption id="attachment_192644" align="alignnone" width="557" caption="Bertarung demi mempertahankan kebenaran."]

1344765160746526593
1344765160746526593
[/caption]

Asal-usul permainan Ujung-ujungan Desa Ngadas.

Ajisaka seorang Brahmana Hindu dari India setelah mengalahkan Dewata Cengkar seorang raja yang kejam, ia menjadi raja di Tanah Jawa. Sebagai raja, ia mempunyai dua orang senopati sakti dan rendah hati yang berasal dari Suku Tengger. Ke dua senopati tersebut adalah Setya dan Tuhu. Suatu saat, terjadi perselisihan di antara mereka akibat salah pengertian akan pesan Sang Raja: Ajisaka. Ke duanya merasa paling benar dan setia terhadap pesan raja. Maka terjadilah perkelahian di antara mereka untuk mempertahankan pendapatnya. Perkelahian ini tanpa menggunakan senjata tajam atau ‘kekuatan’ lain dan hanya menggunakan ujung ranting bambu, karena tujuannya bukan untuk membunuh lawannya. Hanya untuk melemahkan saja. Namun karena kesaktian mereka pada akhirnya mereka sama-sama terkuras tenaganya yang mengakibatkan kematian keduanya.


[caption id="attachment_192645" align="alignnone" width="576" caption="Sama-sama kuat dan tangkas."]

1344765270840348369
1344765270840348369
[/caption]

Setya jatuh dengan kepala membujur ke timur sedangkan Tuhu jatuh dengan kepala membujur ke utara. Ke duanya dimakamkan di Desa Wajak yang berada di timur Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Sebagai penghormatan atas kedua pemuda yang telah menjadi senopati bagi Ajisaka serta kesetiaanya atas janjinya tetap menjadi abdi bagi negara, masyarakat Suku Tengger mengenang mereka dengan Upacara Karo.

Kematian Setya²dengan membujur ke timur sebagai lambang penghormatan Suku Tengger atas Gunung Semeru yang ada di sebelah timur Desa Wajak. Sedangkan kematian Tuhu² membujur ke utara merupakan lambang atau penghormatan Suku Tengger atas Gunung Bromo yang ada di sebelah utara Desa Wajak dan Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo.


[caption id="attachment_192646" align="alignnone" width="427" caption="Unjuk ketangkasan dan kekuatan di hadapan para gadis."]

1344765378745194474
1344765378745194474
[/caption]

[caption id="attachment_192649" align="alignnone" width="428" caption="Luka di punggung akibat sabetan rotan dalam permainan Ujung."]

13447655181806463730
13447655181806463730
[/caption]


[caption id="attachment_192651" align="alignnone" width="459" caption="Saling sabet saling mengalahkan dalam permainan. Tak ada dendam sesudahnya.."]

13447661851994095814
13447661851994095814
[/caption]

Catatan :

1.Tentang Upacara Karo¹ akan saya tulis tersendiri.

2.Setya tuhu² dalam Bahasa Jawa artinya taat atau patuh akan janjinya.

3.Tulisan ini berdasarkan penelitian pribadi. Dilarang mengutip dan mengcopi tanpa ijin tertulis dari penulis. Terimakasih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun