Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Seni Ukir dan Pahat dari Bonggol Kayu Jati

2 Maret 2015   14:53 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 4265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425257229718899160
1425257229718899160

Jika kita melewati jalan raya Surabaya – Madiun tepatnya di tepi hutan jati Saradan dan Ngawi akan melihat bonggol-bonggol ( tunggak ) kayu jati dengan ukuran besar. Menurut salah seorang pegawai Perhutani dan pengrajin ukiran, bonggol-bonggol ini merupakan peninggalan penebangan kayu jati pada masa lalu atau pada masa kolonial. Usia kayu jati yang ditebang saat itu rata-rata umurnya antara 90 – 100 tahun bahkan lebih. Maka bonggol-bonggol tersebut usianya sudah melebihi satu abad.

Sekalipun bonggol, namun bukan merupakan kayu limbah yang tak ada nilai ekonomisnya. Bonggol-bonggol tersebut dijual pihak Perhutani kepada warga setempat yang tertarik untuk dibina menjadi pengrajin dan pengukir bonggol tersebut menjadi sebuah karya seni yang bagus dan bernilai ekonomis tinggi. Jumlah pengrajin binaan Perhutani saat ini ada sekitar 30 orang dengan jumlah tenaga kerja sekitar 90 orang.

Harga setiap bonggol berbeda-beda sesuai dengan ukuran dan usia kayu serta bentuknya. Seorang perajin menyebut kisaran empat ratus ribu hingga dua juta rupiah. Terutama bonggol jati berasal dari Bojonegoro yang usianya ratusan tahun dan bentuknya sudah mendekati fosil. Selain itu warnya lebih gelap.

Jati dari Ngawi dan Saradan

1425257321902592744
1425257321902592744

Jati dari Bojonegoro

14252572801351301737
14252572801351301737

Bonggol atau tunggak jati yang berasal dari Ngawi dan Saradan ( Madiun ) warnanya kuning keputihan atau cenderung pucat sekalipun sudah diplitur. Diameternya antara 75 – 100 cm dengan jangkauan akar sekitar 1,2 – 1,75 m. Sedangkan bonggol jati dari Bojonegoro warnanya kuning kecoklatan atau coklat. Diameternya antara 90 – 150 cm dengan jangkauan akar antara 150 – 200cm.Namun teksturnya hampir sama dan menampakkan serat-serat yang jelas dan indah.

Salah satu pengrajin yang berhasil dibina oleh pihak Perhutani Saradan adalah Mas Lasmono yang kini menjadi seorang pengukir dan pengrajin meja kursi. Berbekal ketrampilan dan kepandaian menggambar, Mas Lasmono tidak melanjutkan sekolah hingga SMA. Dengan tekad dan restu orangtuanya sejak lulus SMP tepatnya 15 tahun yang lalu ia mengikuti pelatihan yang diadakan Perhutani dan membuka bedak di tepi jalan raya tepat di sebelah persimpangan rel kereta api Madiun – Surabaya.

Kini dalam Harga kursi dan meja yang bentuknya sederhana tanpa ukiran, sekitar satu hingga dua juta rupiah tergantung bentuk, struktur, dan model akar, serta selera pembeli. Untuk kursi dan meja yang bermotif ukiran harga antara dua hingga empat juta, tergantung diameter dan kerumitan ukiran. Harga yang diberikan tidak termasuk ongkos kirim.

14252574081008776096
14252574081008776096
14252574512137741080
14252574512137741080

Para pemesan dan pembeli kebanyakan adalah para pengusaha perhotelan atau kalangan atas yang rumah dan halamannya luas. Memang meja dan kursi dari bonggol jati ini hanya tampak bagus ditempatkan di taman atau lobi yang luas. Jika diameternya tak lebih dari 1m hanya cocok untuk rumah-rumah mungil. Namun faktor selera peminat juga menentukan.

14252575071206789924
14252575071206789924

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun