Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jajah Desa Milang Kori, Saat Parpol Jadi Pengamen!

31 Maret 2014   15:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: jpnm.com

Dalam konteks budaya Jawa dikenal istilah jajah desa milang kori yang berarti pergi dari satu desa ke desa lainnya untuk mencari ilmu. Seperti yang banyak dilakukan oleh kaum muda pada lampau dengan berguru pada seorang tokoh di sebuah padepokan atau pesantren di tempat lain. Pada masa kini, mencari ilmu dan pengalaman bukan hanya ke suatu desa saja, tetapi juga ke kota bahkan ke negeri manca.

Dalam Bahasa Jawa, jajah berarti keliling. Milang berarti menghitung. Sedangkan kori berarti pintu. Namun demikian tidak boleh diterjemahkan dengan arti keliling desa untuk menghitung pintu. Sebab jika diterjemahkan seperti ini, maka akan berarti kurang tepat yakni: amen atau mengemis. Seperti yang banyak diplesetkan dalam pembicaran pergaulan masyarakat kalangan bawah. Jika memang mengamen dengan tujuan mengenalkan dan mengembangkan sebuah kesenian bukan sekedar mencari uang masih bisa diterima.Seperti yang dilakukan oleh para seniman pada masa lalu dengan mengenalkan kesenian jaran kepang ( kuda lumping ), tari topeng, bantengan, reog Ponorogo, dan kentrung.

[caption id="attachment_301236" align="aligncenter" width="400" caption="Bendera dan warna sebuah parpol dikibarkan pada sebuah acara tradisi desa yang seharusnya bebas dari kampanye apalagi di luar masa kampanye."]

13962356261555004701
13962356261555004701
[/caption]

[caption id="attachment_301290" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: statik.tempo.co"]

1396246544903904058
1396246544903904058
[/caption]

[caption id="attachment_301291" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber: antaranews.com"]

1396246604850374119
1396246604850374119
[/caption]

Pada masa sekarang terutama menjelang pemilu, jajah desa milang kori dalam arti mengamen semakin marak. Kampanye para calon legislatifdengan menampilkan penyanyi dengan berpakaian seksi adalah bentuk atau wujud mengamen dengan gaya lain. Tentunya yang diharapkan bukan uang tetapi suara rakyat untuk memilih mereka menjadi wakil di legislatif.

Satu hal yang menjadi keprihatinan, dalam mengamen ini sering terlontar pernyataan yang kurang bijakmenghadapi calon legislatif dari partai lain. Sindir menyindir bahkan ndemok bathuk calon lain. Ndemok bathuk berarti memegang dahi orang lain dalam budaya lebih berarti menyalahkan atau merendahkan orang lain adalah perbuatan yang tak pantas.

[caption id="attachment_301227" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber: solopos.com"]

13962297891242960275
13962297891242960275
[/caption]

Pada masa lalu para seniman yang mengamen tak pernah menganggap seni yang lain sebagai sesuatu yang kurang baik atau bahkan buruk. Justru mereka bekerjasama untuk menyatukan seni yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi suatu pertunjukan yang lebih bagus. Misalnya Tari Remo dan kidungan serta Seni Ludruk,juga goro-goro ( dagelan punakawan dannembang ) dengan pertunjukan wayang kulit.

Bisakah para calon legislatif ini menyatukan diri untuk membangun negeri ini menjadi suatu negeri yang makmur. Bukan saling sindir, mencaci, tapi tak peduli dengan rakyatnya malah korupsi memperkaya diri…..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun