[caption id="attachment_344022" align="aligncenter" width="400" caption="Wajan dengan gula merah yang masak tetapi belum dicetak. "]
[caption id="attachment_344026" align="aligncenter" width="400" caption="Pembuangan asap secara sederhana tanpa cerobong."]
Setelah kekentalan dirasa cukup lalu didiamkan selama kurang lebih 10 – 15 menit. Selanjutnya diciduk dengan gayung dan ditaruh pada cetakan. Cetakan terbuat dari mangkok plastik diameter 10 cm dan ketebalan 4 – 5 cm yang menghasilkan gula seberat 200 gram. Ada juga cetakan kecil dari permainan dakon dengan diameter 5 cm yang menghasilkan gula seberat 50 gram. Beberapa petani ada yang masih menggunakan cetakan batok atau tempurung kelapa yang menghasilkan 500 gram gula. Namun, ukuran sebesar ini jarang laku karena ulah beberapa petani yang curang dengan memasukkan bahan lain seperti batang jagung, ruas tebu, atau rontokan bunga kelapa untuk menambah bobot gula. Dan, yang paling laku adalah ukuran 50 gram, selain kecurangan hampir sulit dilakukan juga konsumen bisa membeli dengan jumlah atau bobot yang kecil tanpa memotong gula merah.
[caption id="attachment_344023" align="aligncenter" width="400" caption="Mas Taufik dan istrinya sedang mencetak."]
[caption id="attachment_344024" align="aligncenter" width="400" caption="Gula merah dan cetakan yang kecil."]
[caption id="attachment_344025" align="aligncenter" width="400" caption="Gula merah yang telah jadi dan siap dijual."]
Sesuai dengan sebutannya, gula merah yang paling laku di pasaran adalah gula yang berwarna coklat tua atau coklat kemerahan. Sebab yang berwarna kuning atau coklat muda kurang menarik untuk bahan pemanis membuat kue tradisional seperti wajik, jenang, dan bubur merah, selain untuk pemanis kopi atau teh tubruk.
Produksi gula merah rakyat ini perlu mendapat perhatian pemerintah, selain menyangkut ketenagakerjaan yang banyak tertampung dan pemasaran juga menyangkut peningkatkan kesejahteraan petani dan perajin. Selama ini banyak petani yang terjebak dalam renternir yang memberi modal atau hutang dengan harga gula sebesar 8 ribu rupiah padahal saat dipasarkan harga gula bisa mencapai 10 – 11 ribu rupiah per kg.
Penyuluhan pengelolaan dan pembuatan secara sehat serta pendampingan dalam pemasaran amat dibutuhkan oleh mereka.
0 0 0 0 0
Sebuah catatan pertama dari perjalanan menembus lereng dan punggung sebelah barat Gunung Semeru menuju ke timur Gunung Semeru pada Minggu, 28 Desember 2014, jam 6 pagi selama 24 jam. Sebagai persiapan fisik dan mental untuk mendaftarKompasiana blogtrip menuju Yogyakarta!
* Terimakasih kepada petani dan pengrajin gula merah dan keluarga yang ada di Pasirian, Senduro, Tirtoyudho, Ampel Gadhing, dan Tirtomerto. Selamat Natal kepada kalian semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H