Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Salak Pondoh dari Lereng Semeru

5 Januari 2015   20:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:46 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini, banyak yang mengenal bahwa penghasil salak pondoh utama adalah daerah Sleman, Klaten, dan daerah sekitar Jogja. Sedangkan Malang dikenal penghasil salak Swaru yang banyak ditanam di daerah Swaru, Kecamatan Bantur di wilayah selatan Malang.

Namun sebenarnya ada juga daerah lain penghasil salak pondoh, yakni sekitar Dampit, Ampelgading di Malang wilayah selatan, serta Pronojiwo dan Tempursari di Lumajang di bagian barat. Semuanya berada di lereng Semeru bagian selatan dan tenggara.

Hingga pertengahan 80-an, wilayah selatan Malang – Lumajang mulai dari Dampit, Ampelgading, hingga Tempursari, Pronojiwo, dan Senduro masih merupakan daerah yang dianggap kurang sejahtera. Bahkan banyak kaum wanita yang harus bekerja sebagai TKW di mancanegara. Padahal berada di daerah subur sebagai penghasil kopi, cengkeh, pisang candi, dan singkong. Berkat penyuluhan yang intensif, petani yang dulu menanam singkong yang kurang memiliki nilai ekonomis yang tinggi kini beralih menanam salak pondoh. Sedangkan, tanaman cengkeh yang dulu dihancurkan oleh korporasi cengkeh kini semarak kembali.

1420439664932310054
1420439664932310054

14204570961733040177
14204570961733040177

Sebut saja Satiman, salah satu petani yang berhasil membudidayakan salak pondoh. Sebelum 90-an ia merupakan petani singkong yang hanya panen setahun sekali. Kini Beliau mempunyai lebih kurang 1.000 pohon. Setiap lima belas hari per pohon bisa menghasilkan antara 2 – 3 kg salak. Berarti bisa panen sebanyak 2 – 3 ton, jika per ton harganya 3,5 juta maka akan mendapat hasil sebesar 10 juta rupiah per lima belas hari atau sekitar 20 juta per bulan. Hasil yang menggiurkan ini belum dikurangi biaya produksi yang meliputi perawatan dan pengawinan (bunga jantan dan betina), ongkos panen, dan angkut. Sekalipun demikian masih merupakan usaha pertanian yang menjanjikan.

Kendala yang adalah ketika ada panen raya seperti saat ini, harga bisa jatuh hingga hanya 2 – 2,5 juta per ton.

14204395542099639193
14204395542099639193

1420439584951528937
1420439584951528937

14204397561532508222
14204397561532508222

[caption id="attachment_344996" align="aligncenter" width="450" caption="Mau? Gratis, silakan datang ke Desa Tamanayu, Pronojiwo!"]

14204670801832120056
14204670801832120056
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun