Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menanti Setitik Embun Jogjakarta

3 Februari 2015   14:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_349147" align="aligncenter" width="400" caption="Dok Pribadi"][/caption]

- - - - - -

Gerimis malam masih memercik wajah-wajah kuyuh di emperan itu

Sarung kumal membalut menghangatkan tubuh lesuh tanpa kehangatan cinta

Tat ...tet...tot.... tat...tet....tot....klakson menjadi tanda masih berputarnya bumi ini

Ingin segera mata terpejam melupakan hari-hari yang kian panjang

Namun hati tak ingin malam segera beranjak berganti pagi

Toh sinar mentari hanya memanaskan diri membakarmeluluhlantakan bahagia yang tak pernah datang berlabuh

Larut malam berjalan cepattanpa memberi sekedar mimpi indah

untuk melupakan sisa hidup yang tak kunjung berlalu

Derit pintu pagar mengusik dan mengusirnya untuk segera pergi

Entah kaki ini akan melangkah kemana

Menuju surga atau neraka

Serasa dunia ini bukan miliknya

Setitik tetes embun hanya mengganti air mata yang tak sudi datang lagi

Setetes embun yang hanya membasihi bibir

Tak…tok….tak…tok…tak…tok… ketipak suara kereta kuda menggugah untuk segera berkelana menyusuri Jogja

Terompet dan genderang perut pun berbunyi merdu menyambut datangnya hari

dan tanda keperihan yang tak pernah dinanti

Di tumpukan sampah mengais sisa terbuang sekedar pelepaslara

Keranjang bambu terkait di sepeda yang senantiasa menemani mengais rejeki berkeliling kota

Gerobak sampah datang sebelum semua dirasakan

Pagi terasa panjang

Siang tak segera datang

Walau hati menjerit ingin tangan menengadah ke atas

berharap sebutir nasi penghilang perih

Namun terasa hina untuk hidup sebagai peminta

Riuh mereka yang berjalan di pematang MalioboroBeringharjo

Hanya dapat dipandang dan bertanya

Akankah mereka segera pergi bersama malam yang selalu dinanti membawa mimpi

Biarlah malam-malammenjadi panjang yang memberi mimpi indah

daripada hari-hari yang menyiksa diri...

[caption id="attachment_349148" align="aligncenter" width="500" caption="Dok Pribadi"]

14229221052035401190
14229221052035401190
[/caption]



Emperan BNI 46 Jogja

Sabtu-Minggu, 31 Januari – 1 Februari 2015

Jam 10 malam – 10 pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun