[caption caption="Sungai Kahayan"][/caption]
Sungai Kahayan adalah salah satu sungai di Kalimantan, membentang 600 km dari pegunungan Muler lalu membelah kota Palangkaraya Kalimantan Tengah dan bermuara di laut Jawa. Sungai Kahayan sejak dulu kala merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Borneo, yang memang mengandalakan sungai dalam banyak hal, baik sebagai jalur transportasi untuk hasil kebun mereka, juga sebagai sumber penghasilan baik langsung maupun tak langsung.
Tapi dengan semakin baiknya infrastuktur jalan di daerah Kalimantan Tengah, semakin ditinggalkan transportasi barang melalui sungai untuk menopang perekonomian Kalteng. Padahal kita tahu transportasi sungai adalah transportasi yang 'murah' untuk tonase yang besar dibanding dengan jalan raya, apalagi membangun infrastruktur jalan di daerah Kalimantan sangat mahal, bahkan ada yang bilang dibutuhkan biaya teknik 1.5 kalilipat dibanding membangun jalan diluar Kalimantan, ini karena disini tanahnya kebanyakan lapisan gambut sangat tebal, lalu disambung Soil lembek yang tebal. Jadi diperlukan rekayasa teknik yang mahal untuk membuat jalan yang 'bagus' di Kalimantan.Â
[caption caption="Jalan Layang Tumbang Nusa"]
Untuk membuat kota Palangkaraya, Pulang Pisau, Kapuas, dan kota disepanjang sungai Kahayan kompetitif secara ekonomi, diperlukan terobosan untuk menciptakan transportasi barang yang murah dan efesien. Sehingga setiap hasil bumi dan produk-produk yang dihasilkan didaerah tersebut, dapat dijual murah dan cepat didaerah lain. Sehingga cerita harga ketika banjir buah Rambutan, Â Cempedak, getah Karet, dan lain-lain terpaksa dijual 'murah' sama petani tidak terjadi lagi. Banyak calon-calon pengusaha yang akan membangun perusahaan di area tersebut menjadi ragu karena mahalnya biaya transportasi barang di Kalimantan, sehingga mengurungkan niat mereka berinfestasi didaerah Kalteng, dan berdampak adalah lambatnya daerah sekitar sungai Kahayan berkembang.
Disisi lain pemerintah daerah lebih memfokuskan transportasi barang dengan jalur darat, sehingga semakin sering kita lihat truk-truk kontener melewati jalur utama Trans Kalimantan, padahal tonase truk kontener tersebut sangat besar, saya yakin banyak yang 'melebihi' tonase yang diperbolehkan. Ini bisa kita rasakan dampakanya (meskipun secara visual subyektif, dan perlu pengukuran yang lebih akurat dari pihak terkait) adalah penurunan jalan layang tahap pertama Tumbang Nusa, sehingga jalan akan berasa bergelombang. Ini tentu memprihatinkan karena jalur tersebut dibangun dengat 'sangat' mahal dan fital, karena harus membangun jembatan yang panjangnya puluhan kilometer di daerah rawa Gambut, dan satu-satunya akses dari Palangkaraya ke Banjarmasin. Saya takut jika ini dibiarkan dan sampai jembatan layang 'terganggu' karena tidak mampu terus menerus menerima beban yang melebihi kapasitasnya, maka jalur vital ini akan melumpuhkan ekonomi dan mobilisasi warga Kalteng.
[caption caption="Hulu Sungai Kahayan"]
Maka sangatlah rasioanal bila pemerintah daerah dan pusat, untuk lebih fokus mengembalikan fungsi sungai Kahayan untuk transportasi barang tonase besar, karena sungai Kahayan secara alami bisa dilalui kapal besar sampai Pulang Pisau, selanjutnya sampai Palangkaraya tergantung kondisi pasang surut sungai, disamping lebih murah dan efesien juga secara budaya warga Kalteng sudah tidak terpisahkan dengan sungai. Ini akan membuat perusahaan yang membutuhkan tranportasi barang yang murah dan efesien untuk mendukung usahanya, tidak akan ragu berinvestasi didaerah Kalteng, terutama sepanjang sungai Kahayan. Saya yakin jika transportasi barang bisa diandalkan, kedepannya Kalteng bukan hanya unggul sebagai daerah penghasil produk berbasis SDA dan Perkebunan, tetapi juga sebagai daerah penghasil produk-produk jadi berbasis produktifitas dan kreatifitas
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H