Mohon tunggu...
yoyok supriono
yoyok supriono Mohon Tunggu... -

suka sesuatu yang menantang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisa Kritis "Kekalahan" Prabowo dalam Duel Ulang Pilpres 2019

19 April 2019   11:13 Diperbarui: 19 April 2019   13:28 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru tahun 2019 saya tidak Golput dalam pilpres, padahal dalam semua pilpres sebelumnya saya selalu Golput, karena selalu tidak menemukan calon yang 'Ideal' untuk Indonesa menurut saya.  

Sejak awal mulai tahapan pilpres saya mendukung pak Prabowo, bukan karena dia calon 'Ideal' menurut saya, tapi banyak alasan saya mendukung beliau daripada pak Jokowi, tapi saya tidak akan membahas dan menulis tentang itu, karena akan 'terlalu' bias dan akan menimbulkan debat kusir, karena menyangkut pendapat pribadi, saya akan membahas kekalahan pak Prabowo tentunya dari sudut pandang analisa pribadi saya.

Tentu analisa 'Kekalahan' pak Prabowo dari sudut pandang saya ini bersifat 'belum pasti' karena hasil resmi pilpres 2019 belum diumumkan KPU, tapi menilik sejarah  Pemilihan langsung Presiden di Indonesia, hampir bisa dipastikan pemenang hasil Quick Count adalah pemenang Pilpres, jadi seandanya ada perubahan sejarah saya minta maaf.

Saya akan mulai faktor-faktor utama penyebab pak Prabowo kalah dalam 'Duel' ulang Pilpres 2019 melawan pak Jokowi:

1. Sejak awal pak Prabowo 'Mengabaikan' suara NU

Sejak digaungkan opini dan 'isu' kriminalisasi Ulama oleh golongan Islam garis 'Keras', kubu pak Prabowo sudah 'diamsusikan' berdiri di kubu Islam garis dan Islam modern yang prosentasinya dalam populasi pemilih tidak 'terlalu' banyak, dan hubungan dua 'Kubu' yaitu Islam garis 'Keras' dan modern VS Islam tradisional semakin memanas menjelang Pilpre 2019, antara lain Isu bendera Tauhid, Islam Nusantara, dan tentu saja 'Kriminalisasi Ulama' dengan tokoh sentralnya HR. 

Dan diperparah tidak ada upaya dari kubu pak Prabowo untuk meredakan dan merangkul Islam tradisional, malah lebih 'kelihatan' kubu beliau berdiri disalah satu kubu dan ikut larut dalam isu tersebut. 

Tentu bagi Islam tradisional khususnya NU yang sejak dulu ada 'Ketakutan' akan isu lama yaitu gerakan 'Wahabi' akan dilakukan lagi jika pak Prabowo menang, gerakan 'Wahabi' akan semakin mendapat tempat, dan 'isu' terbukti sangat berhasil, dengan dibuktikan suara pak Jokowi di Jawa Timur dan Jawa Tengah suara beliau sangat tinggi melebihi Pilpres 2014, dan dalam pilpres di Indonesia siapa bisa menang dengan suara 'tinggi' di pulau Jawa bisa dipastikan memenangkan Pilpres.

2. Larut dalam isu 'SARA'

Dengan team yang kebanyakan dari golongan Islam garis 'Keras' dan Islam Modern, maka isu 'SARA' juga menjadi dominan untuk mengimbangi tudingan isu 'SARA' pihak lawan, padahal pemilih mengambang, yaitu kebanyakan pemilih pemula dan pemilih yang tidak fanatik cenderung 'Golput', sudah 'muak' dengan isu-isu yang menurut mereka 'Basi', mereka lebih suka dengan isu-isu tentang Ekonomi, Korupsi, dan lain-lain, yang lebih produktif daripada isu 'Basi' yang kontraproduktif seperti isu 'SARA'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun