Sebagaimana diketahui, teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir dan telah memasuki berbagai sektor kehidupan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet yang sangat pesat memicu angka penggunaan internet yang sangat tinggi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil studi Polling Indonesia yang bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna Internet di Indonesia hingga Januari 2021 tercatat ada sebanyak 202,6 juta jiwa atau sekitar 73,7 persen dari total populasi penduduk Indonesia sebesar 274,9 juta jiwa.
Perkembangan teknologi internet ternyata tidak dapat dilepaskan dari kemunculan budaya populer. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Hadirnya teknologi internet dapat digunakan sebagai cara untuk menyebarluaskan budaya populer. Adapun yang dimaksud dengan budaya populer itu sendiri adalah sebuah budaya ataupun produk budaya yang disukai dan disenangi oleh masyarakat. Dalam perspektif industri budaya, budaya populer dimaknai sebagai budaya yang lahir atas kehendak media.
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi kepada penerima informasi. Media yang dimaksud telah menyebarkan budaya populer adalah "media baru" yang memiliki karakteristik mudah di akses, mudah digunakan dimana saja, bisa melalui komputer dan smartphone, serta memiliki koneksi antar jaringan yang melibatkan internet.
Di era perkembangan teknologi internet, media barulah yang berperan sebagai "ibu" yang telah melahirkan dan membesarkan segala jenis budaya populer. Melalui media baru, segala jenis budaya populer dapat disebarluaskan secara global, sehingga sadar atau tidak sadar masyarakat telah menyerapnya. Bahkan apapun yang diproduksi oleh media baru atau new media akan diterima oleh masyarakat atau publik sebagai kiblat panutan kebudayaan.
Media baru seperti "media sosial" memainkan peran penting dalam mengedarkan dan menyebarluaskan budaya populer lokal kepada masyarakat global. Perkembangan teknologi internet yang begitu pesat saat ini, memudahkan masyarakat global mengakses media sosial yang dimiliki untuk menikmati budaya populer. Teknologi internet bahkan telah merubah kebiasaan anak muda saat ini yang mana sebelumnya mereka menikmati budaya populer melalui DVD atau TV, kini beralih mengkonsumsi budaya populer dengan sangat mengandalkan media sosial seperti facebook, instagram, twitter, dan lain-lain. Â
Salah satu media sosial yang banyak digunakan untuk penyebaran budaya populer adalah instagram. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya akun-akun media sosial instagram yang berisi konten-konten budaya populer korea (Hallyu wave/Korean wave), seperti makanan atau kuliner, fashion, pariwista, musik, dance, artis korea, bahasa, maupun film/drama korea. Sebagian besar followers-nya adalah masyarakat Asia, termasuk Indonesia.
Karena media sosial instagram dapat menjangkau masyarakat luas, menarik dan interaktif, maka tidak heran jika konten-konten budaya populer korea di media sosial Instagram ini mudah diterima dan mudah mempengaruhi masyarakat di banyak negara, termasuk Indonesia. Pengaruh yang diberikan adalah dalam hal mencontoh kesukaan makanan, cara berpakaian, cara merias tubuh, cara berbicara, dan lain sebagainya. Bahkan, produk-produk yang berbau budaya korea yang diposting dan/atau dikenakan oleh aktor dan aktris K-drama dan K-pop menjadi hits dan digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama kalangan remaja.
Berkembangnya budaya populer di Indonesia lantas dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan ternama untuk memasarkan produk-produknya. Seperti belum lama ini, perusahaan ternama di dunia yaitu McDonalds (Mcd) mengeluarkan menu terbarunya, yakni "The BTS Meal" yang terdiri dari Mc Chicken Nugget, French Fries, Coca-cola serta dilengkapi dengan saus (saus cajun dan sweet chili). Berbeda dengan menu-menu lainnya, menu The BTS Meal merupakan menu yang kali ini menggaet nama grup boy band idola asal Korea Selatan yaitu BTS yang tertera di kemasan The BTS Meal. Â Dengan menggaet nama dan logo BTS di kemasan, tentu menu terbaru Mcd ini sangat disambut oleh para penggemar berat BTS yang kerap dijuluki sebagai "ARMY". Tak heran, sejak rilisnya menu tersebut, para army saling berbondong-bondong membeli The BTS meal, baik secara langsung maupun dengan memakai jasa pengantar makanan seperti GoFood, GrabFood, Shopee Food dan McDelivery.
Tanpa disadari, efek dari kesenangan dan pengimitasian yang berlebihan terhadap budaya populer Korea telah membuat identitas nasional Indonesia mengalami pergeseran. Identitas nasional bangsa Indonesia yang berupa kearifan lokal dari budaya yang diwariskan secara turun temurun atau sering disebut sebagai budaya tinggi (adiluhung) mulai bergeser akibat munculnya budaya-tandingan (counter culture) seperti budaya populer. Hal ini bisa terjadi karena budaya populer memiliki potensi yang sangat kuat dalam mempengaruhi pandangan dan opini masyarakat terhadap nilai-nilai budaya, sehingga membuat masyarakat berada pada persimpangan dua budaya yang berbeda dan mempengaruhi mereka untuk menjunjung tinggi salah satu di antara kedua budaya tersebut.
Jika ditelisik lebih jauh, budaya populer yang berkembang saat ini sangat jauh dari jati diri bangsa Indonesia. Jika budaya populer masih terus diagung-agungkan oleh bangsa Indonesia, terutama oleh kalangan remaja, dikhawatirkan identitas nasional atau ciri khas dari bangsa Indonesia akan hilang. Disisi lain, identitas bangsa Indonesia juga akan sulit dibedakan dengan bangsa lainnya. Padahal, identitas suatu bangsa adalah ciri-ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan dari bangsa lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet telah memberikan kesempatan kepada masyarakat dunia untuk menampilkan serta menunjukan budayanya kepada orang lain melalui media sosial, salah satunya melalui media sosial Instagram. Melalui media sosial Instagram, budaya dari negara lain mampu mendapat respon bahkan dijadikan sebagai bentuk gaya hidup oleh orang/budaya lain. Namun, tanpa disadari, partisipasi yang berlebihan terhadap budaya populer tersebut dapat membuat masyarakat Indonesia jenuh dengan budaya lokal yang dimiliki. Masyarakat Indonesia merasa memiliki hak penuh untuk memutuskan menjadi bagian dari budaya populer yang telah mempengaruhi mereka. Akibatnya, lebih banyak dari masyarakat Indonesia yang meninggalkan budaya luhurnya sendiri dan beralih pada budaya populer yang mereka anggap lebih menarik. Jika tidak segera diatasi, hal ini tentu sangat mengancam identitas nasional suatu bangsa. Oleh karena itu, sudah seharusnya bangsa Indonesia tetap menjunjung tinggi budaya Indonesia, mulai dari makanan, gaya berpakaian, dan lain sebagainya dan selalu bijak dalam memfilter budaya-budaya yang masuk ke Indonesia. Â