Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradoks Manusia Pandemi

28 Maret 2021   09:37 Diperbarui: 28 Maret 2021   09:56 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persawahan Kobarosa-Nagekeo. Credit Photo: Dokumen Pribadi

Bagi manusia yang masih tetap bertahan pada situasi yang demikian sulit ini memang tidak mudah, tetapi tetap mensyukuri nafas kehidupan yang masih terberi sembari tidak putus asa untuk mencari jalan terbaik keluar dari jeratan pandemi adalah keharusan sebagai bentuk usaha mempertahanakan diri dan melanjutkan kehidupan. Sebab, hidup tidak hanya selesai dengan pengeluhan-pengeluhan yang membuat jalan keluar seolah tidak lagi ada.

Padahal, ada sekian kemungkinan lain yang dapat ditempuh untuk keluar dari kemelut yang mencengkram ini. Ada begitu banyak pilihan positif yang memungkinkan manusia untuk tetap hidup dan berusaha sebaik mungkin agar badai yang melanda ini segera diarungi dengan keyakinan bahwa di depan sana masih ada secercah cahaya yang mungkin akan memberi peluang baru.

Hidup tidak berhenti di sini tapi masih banyak kemungkinan yang dapat ditempuh dengan keyakinan untuk keluar dari kemelut. Keyakinan yang menghidupkan bukan sekadar jargon atau basa-basi belaka, tetapi memaknai setiap detik sebagai kesempatan untuk melihat potensi yang dapat diaktualisasikan menjadi aktus yang nyata, sejatinya adalah penghargaan atas hidup itu sendiri.

Pandemi memberi pelajaran bagi manusia untuk tidak berleha-leha. Melihat hidup sebagai kesempatan purna untuk bangkit dan berdaya dengan segala kemampuan yang terberi, menjadikan manusia melihat krisis bukan sebagai sandungan tetapi sebagai awalan untuk menyusun langkah lebih pasti menjemput kebahagian yang diusahakannya dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.

Paradoks yang terjadi di tengah situasi pandemi, seharusnya tidak melumpuhkan akal sehat untuk mencermati, apakah masih ada harapan di hari esok? Ataukah hanya menunggu mujizat tanpa mau berusaha lebih keras. Dari situasi pandemi manusia dapat belajar bahwa dalam keadaan paling sulit sekalipun terdapat sekian banyak jalan keluar, asalkan dengan sungguh mau berusaha untuk menciptakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun