Judul        : L'Etranger/ The Outsider/ Sang Pemberontak
Penulis       : Albert Camus
Penerbit      : Liris, Surabaya
Tebal        : viii + 164 halaman
Tahun terbit  : 2010
Karya Camus, The Outsider terdiri atas dua bagian. Camus mengawali cerita pada bagian pertama dengan kematian. Kematian ibu Mersaulut, yang mengharuskannya untuk segera pergi ke Panti Wreda di Marengo, 50 mil jaraknya dari Aljiers; tempat ibunya mengakhiri masa tuanya. Mersaulut pun bergegas pergi untuk mengikuti pemakaman ibunya, setelah mendapatkan izin dari kepala kantornya.Â
Selama hidup, ibunya tidak memeluk salah satu agama pun walau pada akhirnya memilih untuk dimakamkan secara religius. Ibunya punya pilihan bebas: tidak ingin terikat pada suatu agama tertentu namun disaat terakhir kebebasannya harus tunduk pada kerinduannya untuk mengikuti kebiasaan yang berlaku.
Rasa duka cuma mampir sebentar dalam diri Mersaulut. Sepulang dari pemakaman Mersaulut mulai bekerja lebih keras karena sudah mengambil cuti dua hari lamanya, untuk menghadiri pemakaman ibunya. Bahkan, kematian ibunya tak mempengaruhi kondisi psikologisnya hingga tak lama kemudian ia sudah mulai dekat dengan Marie.Â
Mereka sering menghabiskan waktu bersama diakhir pekan. Hubungan mereka rumit; Marie mencintai Mersaulut namun Mersaulut tak memikirkan cintanya pada Marie. Mersaulut ingin bebas dan tidak terikat dengan cinta karena itu ia tak ingin tenggelam dalam cinta. Camus rupanya ingin menempatkan paham kebebasannya dalam diri Mersaulut, bahwasanya setiap orang bebas untuk menentukan pilihannya; tidak terikat pada sesuatu apa pun akan tetapi wajib bertanggungjawab bila telah memutuskan putusan untuk memilih pilihan dalam kehidupannya.
Relasi sosial Mersaulut dengan tetangganya nampaknya cukup bagus. Mersaulut mampu membina hubungan dengan Raymond yang tidak terlalu dianggap kehadirannya oleh tetangga se-apartemen  mereka. Ia rela mendengarkan curahan hati Raymond tentang gadis yang mengecewakannya. Lagi, Mersaulut bersedia  menuliskan surat bagi Raymond kepada gadis yang dibencinya karena telah mengecewakannya. Hubungan mereka menjadi lebih akrab setelah Mersaulut turut melewati masa masa sulit bersamanya.Â
Keakraban mereka kian bertambah dengan diundangnya Mersaulut dan Marie untuk menghabiskan akhir pekan di challet (rumah peristirahatan) milik temannya, Raymond di pinggiran pantai Aljiers. Mersaulut dilukiskan sebagai pribadi yang punya kesetia kawanan yang tinggi meski ia acuh tak acuh dengan hidupnya sendiri. Ia bersedia mendengarkan keluhan Salomon: tetangganya, tentang hidupnya, pekerjaannya dan bahkan anjing peliharaannya yang dekat dengannya namun kemudian menghilang.