Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menakar Tulisan-Melihat Perjalanan Penulisan (Diskusi Karya ke II-Kompasianers Kupang)

24 Desember 2018   07:16 Diperbarui: 24 Desember 2018   07:45 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walikota sore hari pukul 16.05 WITA. Hujan rintik perlahan basahi Kota Karang. Aba Gorantokan, memasuki halaman tempat pertemuan Kompasianers Kupang di Fatululi-Kupang-NTT. Aba menempuh jarak sekitar 110 km dari Kota Soe, Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, untuk mengikuti pertemuan Kompasianers Kupang yang ke dua.  Dalam pertemuan ini; Aba akan bertatap muka dengan teman-teman Kompasianers Kupang yang selama ini hanya bersua melalui media sosial.

Ya! Pada 23 Desember 2018, Kompasianers Kupang melangsungkan pertemuan ke dua dengan tema "Artikel Wisata yang Mantul (Mantap Betul)." Tempat pertemuan berlokasi di Jln. R.W. Mongisidi II, Pasir Panjang, Kelapa Lima, Kota Kupang NTT-atau lebih dikenal dengan sebutan Fatululi.  

Sebelum mengikuti pertemuan ini, Ketua Komunitas Kompasianers Kupang memberikan tugas, sebagai syarat untuk mengikuti pertemuan ini: pertama, membaca tiga artikel bertema wisata yang sudah ditentukan, di antaranya:

Kedua; temukan tiga kekuatan dari setiap artikel tersebut; Ketiga, temukan kelemahan dari ketiga artikel tersebut; Keempat, jelaskan tiga alasan, artikel mana yang paling disukai; Kelima, temukan tiga bentuk kalimat yang kurang tepat dari ketiga artikel tersebut; keenam; pilih satu paragraph dari setiap artikel tersebut dan parafrasing paragraf itu dengan struktur paragraf bentuk kalimat, dan diksi yang tepat; ketujuh, tentukan tiga paragraf yang tidak tepat (yang seharusnya dipenggal atau digabung) dari ketiga bacaan tersebut.

Tugas yang menantang. Memacu nalar. Menguras akal. Di tengah rintik hujan yang terus berguyuran diskusi sore berlangsung alot dan menarik. Tepat pukul 17.00 WITA, 6 anggota Kompasianers Kupang yang sempat hadir, yakni: Tilaria Padika, Arnold Adoe, Sayidati Hajar, Aba Gorantokan, Aryz Bara dan Ardy Milik mulai membahas artikel wisata itu satu per satu. Kopi Flores jadi bensin untuk otak. Pisang goreng memicu kata terus mengalir.

Menakar Teks

Mendiskusikan Karya. Sumber Foto: Aryz Bara
Mendiskusikan Karya. Sumber Foto: Aryz Bara

Dalam artikel Pertama, empat anggota Kompasianers sepakat bahwa artikel pertama dengan judul; https://www.kompasiana.com/petrus_rabu/5c1b61d0bde5751e2d4676e2/melihat-hamparan-tanah-perjanjian-dari-puncak-gunung-nebo-di-yordania- merupakan artikel yang menarik, mampu mendeskripsikan pengalaman ziarah rohaninya dengan baik, menggunakan gaya bertutur dalam menceritakan kisahnya dan memasukan unsur sejarah dalam penulisan, contohnya: Gereja Byzantium yang dibangun pada tahun 400 BC. "Pada abad ke VII, terjadi gempa dashyat menghancurkan gereja tersebut, lalu pada tahun 1933, pastor-pastor Fransiskan dari Italia membangun kembali gereja dan mengelolanya hingga saat ini."[1]

Sayidati Hadjar mengatakan "Artikel ini adalah artikel yang menarik karena menampilkan cerita baru dan menimbulkan rasa ingin tahu. Kalau diulas dengan baik akan menjadi artikel yang kuat. Sayangnya, titik fokus penceritaan sesuai dengan judul 'tanah perjanjian-gunung Nebo' tidak diulas dengan utuh da tuntas dalam artikel ini.

Artikel Kedua, https://www.kompasiana.com/nprih/5c19975812ae943bdc3e50f5/eksotisitas-betari-durga-di-candi-sambisari-yogyakarta; merupakan artikel yang kaya dengan pengetahuan tentang khazanah Hindu di Nusantara. Penulis berusaha mendeskripsikan sebuah situs Hindu Candi Sambisari di DI Yogyakarta dengan menggunakan beberapa pilihan kata yang tidak biasa digunakan, namun terdapat dalam Bahasa Indonesia. Dalam penulisannya, artikel ini mencoba memadatkan setiap kalimat hingga mengunakan diksi metafor. Akibatnya, beberapa kalimat menjadi rancu dan korelasi antar kata tidak padu. Misalnya, kalimat "Siaga melindungi wujud kasih pemeliharaan untuk keluarga terkasih"-"Keberadaan arca Betara Durga juga mencubit perhatian"-"Semakin menarik menguliknya jelang hari ibu."

Tilaria Padika berujar "pilihan kata dan pemadatan dalam Artikel ini, dapat diterima bila menuliskan prosa-puisi modern yang membolehkan pemadatan kata hingga tidak harus mengikuti beberapa tatanan bahasa Indonesia baku-tetapi dalam penulisan feature seperti ini akan menimbulkan kerancuan dan ketidakmampuan pembaca menyerap isi cerita. Untungnya, penulis mampu menempatkan foto sesuai deskripsinya sehingga pembaca terbantu untuk membayangkan deskripsi dalam artikel ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun