Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sesat Pikir yang Membuat Banyak Orang Enggan untuk Menulis

26 Agustus 2020   14:01 Diperbarui: 29 Agustus 2020   02:58 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sudah menganggap bahwa menulis itu adalah sebuah tugas atau beban. Wajar mereka mengeluh. Belum lagi untuk anak perkuliahan yang tidak suka menulis. Tugas semacam membuat laporan, makalah, dan lain sebagainya sudah dianggap sebagai hal yang berat dong.

"Nulis lagi, nulis lagi. Duh, besok dikumpulin lagi."

Pengalaman-pengalaman subjektif yang tidak mengenakkan dan berkaitan dengan kegiatan menulis ini mungkin bisa menjadi dasar bahwa orang menganggap semua hal yang berkaitan dengan menulis itu adalah tugas. Tugas itu sulit dan banyak orang yang tidak suka mengerjakan tugas.

Hal ini yang membuat orang berpikir menulis itu susah. Padahal kegiatan menulis itu tidak semuanya seperti tugas-tugas bahasa Indonesia ataupun tugas perkuliahan. Sehingga banyak orang tidak mempunyai kebiasaan untuk menulis dan tidak mau menulis.

Sastra kan Harus Keren

"Harus bagus gitu ya kalau menulis, pakai majas gitu, kayak novel-novel. Aku gak bisa nulis kayak gitu."

Pembaca karya-karaya sastra yang tidak pernah mencoba menulis, pasti merasakan ini. Kekaguman ketika membaca suatu karya sastra baik itu puisi, novel, cerpen dan semacamnya membuat imajinasi kita bermain.

Ketika imajinasi bermain dan kita bisa membayangkan kejadian, tempat, waktu, keadaan yang dibuat dalam suatu narasi yang baik, kita kepikiran bahwa karya sebuah karya itu harus keren. Apalagi kalau yang ditulis sesuai dengan pengalaman dialami banyak orang.

Kesesuaian dan keterikatan sebuah tulisan dengan pengalaman pembaca ini, memberi nilai lebih pada suatu karya. Tapi akan bermasalah ketika orang sudah menganggap hal ini (penilaian keren) menjadi penghalangnya untuk mencoba menulis. Padahal menulis sejatinya bukan itu orang lain, tetapi untuk kita sendiri.

Harus sesuai SPOK dan Runtut, Emang Iya?

"Wah gak paham SPOK, tulisanku gak runtut juga kalau dilihat lagi. Sudah pasti aku gak bisa nulis."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun