Self improvement adalah tema yang menarik bagi semua orang. Bagaimana tidak? Banyak orang yang ingin hidupnya lebih baik.
Mendapatkan pencerahan, pemikiran baru, motivasi untuk menjalani kehidupan-kehidupan yang lebih baik. Apalagi mereka yang sedang  mengalami beratnya masalah kehidupan. Daripada mengubah hal-hal diluar kendali kita, lebih baik mengubah diri sendiri terlebih dahulu.
Karena akar dari semua masalah yang dialami biasanya berawal dari diri sendiri, untuk itu self improvement datang sebagai pemecahan masalah individu sekaligus untuk mengembangkan kapasitas diri.
Namun perlu diketahui, meski memiliki dampak positif dan sudah mengubah kehidupan banyak orang, self improvement memiliki sisi gelap untuk sebagian orang dan hal tersebut tidak mereka sadari.
"Obsesi" untuk Menjadi Lebih Baik
Setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya. Mereka semua mencari bagaimana cara memperbaiki hidup mereka yang hancur dan kacau. Contoh saja, seorang pemalas yang akhirnya memiliki kesadaran bahwa hidupnya sudah berantakan dan tidak tertolong lagi.
Apalagi di masa media sosial seperti sekarang ini, ia juga sering membandingkan diri dengan orang lain. Belum mempunyai pekerjaan, belum menikah, belum mempunyai karir yang baik, tidak mempunyai teman dan kesepian. Ia menganggap dirinya sebagai produk gagal manusia.
Pemalas tersebut akhirnya mencoba untuk mengkonsumsi materi-materi self improvement. Mulai dari bagaimana hidup teratur, disiplin, semangat dalam mengatasi masalah-masalah hidup, mengubah stresor menjadi kekuatan untuk menjadi lebih baik dan melawan batasan diri (mental block) yang ia ada dalam dirinya.
Obsesi untuk menjadi lebih baik muncul dalam dirinya. Pemalas tersebut akhirnya mencoba semuanya hal tersebut, berharap hidupnya akan berubah menjadi lebih indah, sempurna dan bahagia secara cepat dan singkat.
Tetapi hal itu tidak berjalan baik, pada awalnya ia merasa semangat menjalani, namun pada akhirnya ia menyerah dan kembali menjadi dirinya yang pemalas.