Usia anak, terutama  ketika sekolah dasar adalah usia yang sangat sensitif. Kenapa? Karena mereka akan mudah mempelajari dan meniru apa yang telah dilihatnya. Apalagi ketika berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka akan menggunakan kosakata tertentu dan mempelajarinya agar diterima di lingkungannya.
Tapi tahu tidak jika ada beberapa anak yang memang sudah mengetahui berbagai kosakata yang berhubungan dengan "seks".
Mungkin yang disini menjadi guru, serta pernah menjadi volunteer atau pekerja sosial di suatu tempat akan sepemikiran dengan saya. Bahwa mereka sudah mengetahui kosakata "seks" bahkan pada usia dini, padahal seharusnya kosakata tersebut mereka ketahui saat berusia dewasa (atau 17+).
Biasanya kata-kata "seks" tersebut mereka gunakan sebagai umpatan atau guyonan semata. Seperti,"e*m***","p**t**","k*****","ng***" , "c***", dan semacamnya. Padahal kata-kata tersebut juga terlihat tidak sopan untuk diucapkan apalagi jika tidak pada tempatnya.
Lalu apa yang membuat anak sudah memahami kosakata tersebut, dan bagaimana cara orang tua untuk menanggapinya?
Anak Sudah Memahami Kosakata Seks dari Lingkungan dan Dunia Digital
Anak sudah mengerti kosakata "seks" dari lingkungan mereka berinteraksi. Ketika bermain game seringnya anak-anak akan mengumpat ketika kalah. Tak jarang juga mereka akan menggunakan kosakata "seks" sebagai umpatan. Dari situ anak-anak mulai terpengaruh.
Biasanya orangtua juga memberikan pengaruh. Iya, beberapa orangtua ataupun saudara yang sudah dewasa ketika berkumpul dengan kawannya, terumata ketika sedang telepon ataupun nongkrong dan sang anak berada di "dekatnya". Mereka terkadang akan "ceplas-ceplos" dan menggunakan kosakata "seks" sebagai candaan.Â
Misal ketika lagi nongkrong tak jarang orang dewasa melakukan "catcalling" saat ada perempuan cantik lagi berjalan di depan mereka. Meskipun mereka anggap sebagai candaan dewasa, tapi anak-anak pasti bakal mendengarnya dan lama-lama akan paham. Serta sang anak bisa saja akan mengira kosakata "seks" sebagai hal keren jika diucapkan dalam interaksi sosialnya.
Selanjutnya dari dunia digital, anak-anak yang sering mencari informasi dari website tertentu atau melakukan "streaming" untuk melihat film, tak jarang mereka akan terpapar oleh iklan "dewasa", seperti judi ataupun iklan "game" yang bernuansa sensual yang tak jarang tertulis kata-kata "dewasa".
Jangan lupa juga bahwa situs porno juga masih bisa diakses apalagi jika sang anak sudah mengetahui fungsi dari aplikasi "VPN". Â Dari sini kita bisa melihat bahwa pengaruh lingkungan dan dunia digital ini yang memberikan dampak pada sang anak dalam memahami kosakata "seks".