Manusia tidak ingin ditinggalkan dan diacuhkan. Memang itu benar adanya. Apalagi dalam membentuk dan mempertahankan suatu hubungan, butuh yang namanya perhatian.
Dalam sebuah komitmen ada tanggung jawab dan konsekuensi yang harus dilakukan dan wujudnya itu perhatian. Jika Anda perhatian dengan orang terdekat, seperti keluarga, pacar, sahabat, rekan kerja-maka mereka akan memberikanmu perhatian, begitu juga sebaliknya.
Jika Anda tidak perhatian, ya mereka mungkin akan meninggalkanmu, atau dalam bahasa kekinian, "Anda bukan prioritas utama dalam lingkaran hidupnya". Dan anda akan dilupakan.
Selain itu dengan memberikan perhatian dalam suatu hubungan seperti menolong, membantu, nongkrong bareng, curhat, dan lain sebagainya, Anda bisa diterima dan diakui sebagai "orang terdekat atau salah satu prioritas utama dalam hidupnya". Meskipun ini tidak selalu seperti itu hasilnya, dan ada beberapa yang sudah melakukan ternyata mendapat penolakan serta diacuhkan, tapi kebanyakan juga ada yang berhasil dengan cara seperti ini.
Maka dari itu banyak orang yang sudah membentuk hubungan dekat, akan memberikan dukungan, rela berkorban dan membantu sebagai bentuk mereka ingin diingat selalu, serta salah satu upaya agar tidak ingin ditinggalkan ataupun diacuhkan oleh orang-orang terdekatnya.
Dilupakan = Mati?
Siapa sih yang ingin dilupakan dalam suatu hubungan keluarga, sahabat, pertemanan, rekan kerja apapun itu? Tidak ada kan? Karena ketika kita dilupakan oleh orang terdekat kita dan kita merasakan itu, hal tersebut bisa berdampak terhadap psikologis kita. Individu akan rentan mengalami kecemasan, kurang termotivasi dalam rutinitas sehari-hari, hampa, serta merasa kesepian.
Pada awal-awal kita merasa dilupakan oleh orang terdekat, pasti ada perasaan sedih yang mungkin bisa bercampur amarah. Jika orang lain melihat Anda yang biasanya ceria serta semangat menjalani hari dan sekarang Anda malah terlihat murung, mereka akan heran dan bertanya,
"Kamu tumben kayak gini? Ada masalah?"
dan Anda membalas
"Enggak kok, Gapapa"