Mohon tunggu...
Fuad Ardlin
Fuad Ardlin Mohon Tunggu... -

ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Toilet

27 Juli 2011   01:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapapun tahu toilet merupakan ruang kecil tempat manusia melampiaskan kebutuhan. Kebutuhan mandi, membuang tinja dan air seni. Tempat itu, sepertinya tercipta dari sebuah adab manusia yang menganggap ketelanjangan merupakan sesuatu yang tabu untuk dipertontonkan. Adab yang menjadi ironi di tengah zaman yang menganggap bahwa ketelanjangan adalah sexy atau kebanggaan saat dipertontonkan.

Zaman edan, adab manusia juga edan. Begitu pula mereka yang menggunakan kamar mandi. Tidak hanya berfungsi untuk persoalan membuang sampah dari tubuh atau sekedar membersihkan tubuh. Ia bisa menjadi ruang baca sambil ... , ruang bersetubuh bagi mereka yang mencari sensasi bersama kloset, atau yang populer di kalangan pria; tempat onani. Seperti guyon yang seringkali dilantunkan beberapa kawan, "Anak-anakku adalah calon bandit, menteri, presiden, kiai, pemikir, filosof, direktur tapi mereka berakhir di kloset. Boleh dikatakan,  kloset dan dinding di sekelilingnya menjadi ruang untuk melakukan beberapa aktivitas yang kerap dianggap ada baiknya untuk disembunyikan. Toilet menciptakan rasa aman, perasaan nyaman bahwa tidak seorang pun tahu apa yang dilakukan di dalamnya.

Lain manusia, lain juga kebiasaannya menggunakan ruang itu. Saya termasuk salah satunya. Saya merasa nyaman berkhayal di dalamnya. Dari kebiasaan itu saya disadarkan akan kehebatan daya khayal, daya imajinasi dan daya pikir manusia. Anugerah itu seperti hantu yang populer sebagai makhluk yang dapat menembus dinding, terbang, berkelebat, berkelana ke mana-mana. Dalam sekejap ia dapat kembali ke masa silam, lalu melompat ke masa depan. berefleksi, berpikir, berangan-angan.  Lalu, dalam sekejap pula ia mengembalikan diri pada realita bahwa tinja sedang dikeluarkan.

Ada baiknya buanglah jauh-jauh imaji tentang tinja yang erat hubungannya dengan toliet. Sehingga cerita kehebatan akal budi itu tidak mendatangkan rasa jijik. Atau, hilangkan rasa jijik itu dengan alasan bahwa saya dan anda bersinggungan dengan ruang ini setiap hari. Atau, terima saja rasa jijik itu. Karena isi kepala kitapun seringkali sesuatu yang menjijikkan.

Saat berada di toliet membuang tinja, saya akan menikmati sebatang rokok. Bersama nikmatnya tembakau, saya menguak kembali apa yang pernah terlihat di hadapan mata dan bebas mencaci siapa saja. Di dalam ruang itu, imajinasi adalah raja, sedangkan fakta harus tunduk sebagai hamba. Kadang terlintas perasaan bagaimana rasanya kehidupan seorang gadis yang menjadikan dandan sebagai candu hingga setiap lelaki merasa jijik melihatnya. Atau seorang pria yang kesadarannya tidak jauh berbeda dengan seekor ayam jantan, ke sana ke mari mencari betina.

Oh ... Saat itu, bau toilet tak pernah berani mengganggu. Terasa bahwa batas antara fakta dan fiksi sudah tak ada lagi.

Pernah sekali saya mendengar seorang ustad berceloteh, "Bahwa tempat yang penuh najis dipenuhi oleh iblis. Mungkinkah imaji liar dalam toilet itu lahir dari bisikan iblis. Kemudian imaji itu pun boleh saya sebut najis. Entah?. Yang pasti, saya pun salah satu makhluk seperti iblis yang juga najis. Cukup aneh untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih baik dari mereka.

Ini sesuatu yang konyol, benar-benar konyol untuk diceritakan kepada anda. Tapi tak apalah. Ini hanya salah satu dari sekian banyak cerita tentang kamar kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun