Sebenarnya ini tulisan untuk Hari Anak Nasional. Walaupun secara seremoni sudah terlambat, tapi secara substansi semoga tidak.
Anak-anak suka dengan cerita. Dalam rangka penanaman nilai-nilai moral, cerita adalah media yang efektif untuk menyampaikan suatu pesan. Anak-anak tidak suka digurui. Salah satu perbedaan dalam cerita anak dan dewasa ada pada tokoh. Dalam cerita untuk orang dewasa, tokoh selalu digambarkan memiliki masalah hidup yang rumit dan sifat yang kompleks. Sementara pada cerita anak, tokoh selalu digambarkan berkarakter jelas. Apakah ia tokoh baik atau buruk dapat diidentifikasi dari perilakunya. Misalnya tokoh yang suka menolong akan diasosiasikan sebagai tokoh yang baik. Sedangkan tokoh yang suka mencuri akan diidentikkan sebagai tokoh jahat. Kecenderungan tokoh dalam cerita anak adalah hitam dan putih. Tidak ada area abu-abu. Menurut para ahli sastra anak dan psikologi, anak-anak belum mampu berpikir kritis sehingga tokoh yang dihadirkan haruslah yang dapat mendidik mereka berbuat baik. Tapi rasa-rasanya, saya tidak sependapat.
Pernah membaca Donal Bebek? Atau untuk generasi digital, pasti akrab dengan Spongebob Squarepants? Dari dua cerita anak tersebut ada karakter yang menarik dan memiliki perangai mirip. Paman Gober dari Donal Bebek dan Mr. Krabs dari Spongebob Squarepants. Dua-duanya adalah orang kaya. Paman Gober adalah orang terkaya di kota Bebek. Ia terkenal pelit, bahkan kepada Donal, keponakannya sendiri. Sementara Mr. Krabs, pemilik restoran cepat saji, juga terkenal pelit kepada pelanggan dan karyawannya sendiri. Citra Paman Gober dan Mr. Krabs adalah sama, orang kaya yang pelit.
Benarkah? Tunggu dulu.
Paman Gober memang terkenal pelit. Tapi dibalik itu, ada nilai menghargai sebuah kerja keras. Kok bisa? Menurut cerita, Paman Gober mengumpulkan hartanya sejak muda. Ia mencari harta karun di berbagai tempat sampai berhasil membangun kerajaan bisnis dan gudang uang. Ia memang pelit, tapi pelitnya adalah sebuah usaha untuk menghargai apa yang telah dilakukannya sejak dulu. Selain itu, ia memang pelit kepada Donal, keponakannya sendiri yang terkenal malas. Tentu Paman Gober pelit karena melihat keponakannya sendiri hanya ingin mendapatkan kekayaannya tanpa usaha sedikit pun. Ia mendidik Donal agar bekerja keras. Sementara Mr. Krabs terkenal lebih pelit lagi. Apapun dilakukan untuk mendapatkan uang. Bahkan pernah dalam suatu episode ia menjual Spongebob, koki restorannya, hanya untuk mendapatkan uang (walaupun kemudian Mr. Krabs menyesal). Lalu apa yang bisa dipetik dari Mr. Krabs? Tentu saja kerja kerasnya. Ia bekerja keras untuk mempertahankan apa yang sudah ia capai. Memang sih cara yang dilakukannya kadang kelewatan.
Sayangnya, dua tokoh tersebut sering distereotipkan sebagai orang yang pelit. Anak-anak pun didoktrin agar tidak pelit kepada orang lain. Bahkan, mungkin kelak mereka dewasa, doktrin tersebut berubah menjadi "jangan pelit kepada orang lain, bagi-bagilah rejeki, termasuk yang didapat dari korupsi". Kacau memang.
Sebenarnya, Paman Gober dan Mr. Krabs adalah tokoh yang manusiawi. Mereka bisa berbuat salah, tapi ada juga sisi baiknya. Tapi, hal ini jarang dijelaskan kepada anak-anak. Padahal, fungsi cerita anak adalah membentuk karakter manusia seutuhnya. Bagaimana anak-anak mau diajak melihat perbedaan, jika sejak kecil mereka hanya diperbolehkan melihat suatu hal dari satu sisi saja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H