Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

XXI Taman Ismail Marzuki Tak Peduli Kaum Difable

10 April 2015   13:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tanggal 9 April 2015, kami bersepakat dengan beberapa teman untuk nonton Film Guru Bangsa Tjokroaminoto di XXI Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, jam pertunjukan 15.35. Salah satu dari teman kami yang ikut menonton itu menggunakan kursi roda (kaum difable).

Menjadi keprihatinan kami pada saat itu adalah tidak ada kepedulian atau empati dari pekerja XXI TIM saat kami dengan teman yang menggunakan kursi roda itu hendak masuk ke Theatre 1. Saat masuk Theatre 1, petugas yang memeriksa tiket hanya mengecek tiket tanpa mau mengarahkan bagaimana sebaiknya teman saya itu bisa menuju kursi di barisan F. Sehingga sebelum menapaki beberapa anak tangga, kami kebingungan bagaimana bisa menuju ke barisan kursi bersama teman yang menggunakan kursi roda itu.

Saat di dalam, meski ada petugas security, petugas itu sepertinya hanya diam dan hanya melihat saja. Kami mengalami kesulitan untuk mengantar teman yang menggunakan kursi roda itu ke tempat duduk penonton.

Di saat pertunjukan usai, ketika kami bingung lewat mana untuk mempermudah teman kami yang menggunakan kursi roda keluar, beberapa pekerja yang ada sepertinya juga tidak empati. Mereka hanya diam.

Memang kami semua bisa menggotong dan mendorong kursi roda itu masuk ke theatre, ke tempat duduk, hingga keluar namun sangat disayangkan petugas pada hari itu tidak peduli dan empati. Untung kami ada beberapa orang sehingga ringan untuk menggotong dan mendorong kursi roda yang digunakan teman tadi namun menjadi masalah bila pengguna kursi roda menonton sendirian atau hanya berdua. Tentu mereka akan kesulitan untuk menapaki anak tangga dan laluan yang tak sebidang.

Untuk itulah kami berharap agar petugas di XII TIM ke depannya bisa lebih peduli dan empati kepada orang-orang yang perlu ditolong. Bukankah sekarang public services-public survices di Jakarta selalu mengedepankan pelayanan yang ramah dan menyenangkan seperti ketika ada orang melintas petugas pelayanan menyapa, “boleh, silahkan, mari.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun