Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Antar Tetangga

22 Juni 2016   08:59 Diperbarui: 23 Juni 2016   14:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau kita melihat hamparan benua Eropa, terlihat di daratan itu terbagi-bagi dari puluhan negara dengan luas yang tidak sama, ada yang wilayah besar seperti Perancis, Jerman, Spanyol, dan Rusia. Ada pula yang wilayahnya kecil bahkan sama bahkan lebih kecil dari provinsi yang ada di Indonesia seperti Swiss, Luxemburg, Belanda, dan Austria. 

Sebagai negara yang terhampar dalam satu daratan kecuali Inggris, Islandia, dan beberapa negara kepulauan lainnya, negara-negara Eropa itu satu sama lainnya langsung bersinggungan, seperti Jerman yang langsung bersinggungan dengan Perancis, Austria, Swiss, Ceko, Polandia, Belanda, Luxemburg, Belgia, dan Denmark. Kondisi yang demikian membuat dalam soal ragam budaya, seperti bangunan tempat tinggal, pakaian, makanan, mempunyai persamaan dan atau kemiripan.

Di benua itu, sebelum kedatangan kaum imigrant, mereka berasal dari satu ras. Sehingga bila belum terbiasa bertemu dengan orang-orang Eropa, sangat susah membedakan mana orang Jerman, orang Belanda, dan orang Ceko, sebab semuanya sama-sama bule. Melihat passport-lah yang bisa membuat kita tahu dari mana mereka berasal.

Berasal dari satu nenek moyang itulah yang membuat di antara mereka masih bersaudara meski beda negara. Lihat saja antara orang Jerman dan Austria, mereka mempunyai budaya dan bahasa yang sama. Dalam masalah pergaulan antara orang Jerman dan Austria seolah tak punya sekat. Saya pernah mempunyai pengalaman saat naik kereta dari Salzburg, Austria; menuju ke Regensburg, Jerman; melihat seorang remaja Austria yang naik kereta dengan sepedanya. Setelah kereta masuk wilayah Jerman dan beberapa stasiun di negeri Panzer itu dilewati, ia turun.

Kereta berhenti cukup lama sehingga saya bisa mengamati remaja itu. Rupanya di sudut stasiun, seorang gadis telah menunggunya. Saat bertemu mereka langsung berpelukan. Dari kejadian tersebut bisa kita simpulkan remaja laki-laki Austria itu lagi mengunjungi pacarnya yang seorang gadis Jerman. Pacaran itu bisa terjalin bisa jadi karena mereka memiliki budaya dan bahasa yang sama meski beda negara. Apa yang terjadi itu bisa juga terjadi di perbatasan Jerman dengan Swiss, Jerman dengan Belanda, Jerman dengan Perancis, Jerman dengan Polandia, dan di perbatasan antarnegara lainnya. 

Dengan gambaran tadi bisa kita simpulkan bahwa negara-negara Eropa hidup bertetangga sangat dekat, tidak dipisahkan gurun dan lautan yang jauh. Bila demikian maka kalau kita melihat Piala Eropa, kita akan merasakan bahwa pertandingan itu seperti pertandingan antartetangga. Lihat saja dalam pertandingan Piala Eropa 2016 ini, ada Jerman melawan Polandia, Swiss melawan Perancis, Austria melawan Hongaria, Ukraina melawan Polandia. Dari sini sampai ada istilah ‘perang saudara.’

Hidup yang berdekatan itulah tak heran bila para pendukung selalu mengikuti ke mana tim nasionalnya dibela. Kemudahan jalur transportasi darat baik itu kereta maupun jalan toll ditambah dengan tidak adanya pemeriksaan visa bagi orang-orang daratan Eropa membuat mereka mudah melakukan pergerakkan. Bagusnya fasilitas jalan dan transportasi publik, kereta cepat, membuat jarak tempuh antarnegara bisa dilalui dengan cukup singkat.

Mereka yang berada di luar Perancis, bisa kapan saja menuju ke stadion-stadion di mana timnas-nya berlaga. Kemudahan inilah yang membuat stadion-stadion itu penuh dengan pendukung masing-masing timnas. Jarak yang dekat inilah yang bisa jadi membuat pemain-pemain Eropa tidak terlalu kelelahan dalam berlaga antarnegara dan antarklub.

Bandingkan dengan pemain yang berlaga di Indonesia, mereka sering harus terbang dalam waktu yang sangat lama. Lihat saja bila pemain Persipura harus berlaga di Bandung, berapa jam mereka harus berlelah-lelah dalam pesawat. Lewat udara saja lelah apalagi lewat jalur darat yang penuh kemacetan serta jalan bergelombang.   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun