Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Press dan Pelacur

25 November 2014   20:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:53 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kamus bahasa Indonesia, pe.la.cur didefinisikan perempuan yg melacur; wanita tunasusila; sundal. Kata dasar pelacur dalam kamus bahasa Indonesia itu sekarang mengembang menjadi banyak ungkapan seperti pekerja sek komersial, pramunikmat. Akibat yang demikian perempuan itu, kalau mengutip la.cur yang termuat dalam kamus bahasa Indonsia maka ia mengalami (1). malang; celaka; sial; (2) buru laku.

Dalam keseharian yang kita lihat, pelacur adalah seseorang yang merelakan tubuhnya disetubuhi orang, siapapun tanpa melihat suku, agama, ras, dan antar golongan bahkan bentuk fisiknya, namun dengan imbalan uang. Akibat yang demikian, pelacur dianggap orang yang murahan sebab sama siapa saja ia mau asal ada uang. Akibat yang demikian maka pelacur kebaradaannya sangat hina di mata masyarakat. Akibat perilaku yang oleh masyarakat disebut buru laku maka ia menjadi wanita yang malang, celaka, sial.

Pengertian dan makna pelacur yang buruk, jual diri dengan harapan mendapat imbalan, sekarang tidak hanya disematkan kepada pelacur namun kepada siapa saja yang menjual sesuatu apa yang dimiliki dengan motif imbalan, seperti pelacur, maka ia disebut me-lacur-kan diri.

Dari sinilah maka ada ungkapan pelacur intelektual, dan pelacur-pelacur lainnya. Dalam era sekarang, dalam dunia press pun banyak pihak yang melacurkan diri. Mereka yang melacurkan diri itu menjual berita, mendukung atau menjelekkan pihak lain, dengan harapan untuk mendapat kompensasi.

Ada sebuah grup media yang sangat gencar menyiarkan berita, di satu sisi ia mendukung habis-habisan seseorang, di sisi yang lain ia habis-habisan menjelekkan orang lain. Bila orang awam melihat, grup media itu idealis namun kalau diselusuri ternyata grup media itu melacurkan diri. Ia membuat berita yang demikian dengan harapan mendapat kompensasi.

Seperti pelacur yang menjual kenikmatan, grup media itu bisa menyenangkan seseorang di mana ia disanjung-sanjung setinggi langit namun memberi kenikmatan itu tidak gratis. Seperti pelacur, ia meminta bayaran. Tentu skala pelacuran itu bukan skala pelacuran kelas teri tetapi skalau pelacuran tingkat tinggi, nasional bahkan internasional.

Tentu pelacuran antara grup media dengan seseorang itu dampaknya seperti yang dilakukan pelacur, yaitu menimbulkan penyakit kelamin dari tingkat ringan hingga HIV. Apa yang dilakukan mereka pastinya merugikan masyarakat. Masyarakat digiring pada opini yang salah, masyarakat disajikan berita yang keliru dan menyesatkan. Akibatnya masyarakat menyanjung seseorang dan mencela yang lain.

Dalam dunia press apa yang dilakukan grup media itu mencoreng idealisme jurnalistik. Mereka membuat berita tak objektif tetapi subjektif. Mereka membuat berita untuk kepentingan dirinya sendiri bukan untuk kepentingan yang selama ini dijunjung oleh press yakni membela kebenaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun