Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurangnya Garbarata di Bandar Udara?

24 Mei 2016   08:29 Diperbarui: 24 Mei 2016   09:13 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berkat sebuah akun seseorang yang mengungkap kesalahan prosedur sebuah penerbangan jalur internasional yang menurunkan penumpangnya di terminal domestik, membuat masalah itu menjadi berita besar di berbagai media dan menjadi masalah yang serius. Sebagaimana diberitakan, sebuah maskapai yang barusan tiba dari Singapura yang secara aturan harus menurunkan penumpangnya di Terminal II (D), terminal kedatangan dan keberangkatan internasional, Bandar Udara Soekarno-Hatta, ternyata penumpangnya dibawa ke Terminal domestik I B.

Siapa yang salah dalam masalah itu memang sampai saat ini masih diselidiki oleh pihak-pihak yang berwenang. Sebenarnya saat salah tujuan terminal, kesalahan itu segera disadari oleh petugas maskapai itu sehingga mereka mengajak penumpang masuk ke dalam bus penjemput untuk kembali ke Terminal II namun masalahnya, di antara penumpang itu disebut sudah ada yang meninggalkan Terminal 1 B.

Meski kesalahan itu baru pertama kali terjadi namun peristiwa itu membuat semakin buruknya proses penerbangan yang ada di Indonesia setelah seringnya delay yang tak berkesudahan. Dikatakan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Hemi Pamurahardjo, di sebuah online, kejadian tersebut benar adanya. Menurutnya ada kesalahan mis-handlingdariground handling JT (Lion Air).

Apa yang dikatakan Hemi itu bisa menjadi catatan tim investigasi namun kalau kita amati bisa jadi faktor dari kejadian tersebut tak hanya tunggal, ada faktor lain yang membuat kejadian itu bisa terjadi. Faktor lain bisa karena akibat kurangnya fasilitas garbarata yang tersedia di bandar udara. Bila ada garbarata mungkin pesawat itu diarahkan oleh pihak yang berwenang di bandar udara agar langsung menuju ke Terminal II namun karena garbarata dipakai oleh pesawat lain atau mungkin tidak difungsikan maka pesawat itu diarahkan menuju tempat parkir pesawat.

Di tempat parkir pesawat ini biasanya ada beberapa pesawat, bisa 2, 3, bahkan 5 pesawat berjajar yang hendak menaikan atau menurunkan penumpang. Padatnya penerbangan di Bandar Udara Soekarno-Hatta membuat bus penjemput dan pengantar penumpang dari dan ke pesawat hilir mudik, tidak hanya di Terminal II namun juga di Terminal III. Bus-bus itulah yang akan membawa penumpang ke terminal dan atau ke pesawat yang sesuai tujuan. Untuk itulah di sini pentingnya sopir bus tahu dan mengingat mana pesawat yang dituju dan di terminal mana penumpang hendak diturunkan. Bila pesawat jalur penerbangan internasional tadi langsung merapat ke Terminal II lewat garbarata tentu faktor kesalahan tadi tidak akan terjadi.  

Jarak pesawat yang berdekatan dan padatnya orang naik turun di pesawat di tempat parkir itulah yang bisa jadi membuat sopir bus bingung. Nah di sinilah bisa jadi kesalahan itu terjadi. Dari pengalaman saya di Bandar Udara Soekarno-Hatta saat masuk atau keluar pesawat antara naik bus dengan lewat garbarata sepertinya lebih banyak menggunakan bus daripada lewat garbarata. Tentu rasanya beda antara naik bus dengan lewat garbarata. Bila lewat garbarata, untuk keluar masuk pesawat lebih cepat dari dan ke terminal namun bila naik bus kita harus ‘diputarputar’ lebih dahulu dan sering di dalam bus harus bersenggolan dengan penumpang lain yang membawa rangsel dan koper besar.

Menjadi pertanyaan mengapa penggunaan bus di bandar udara sepertinya lebih banyak digunakan untuk melayani penumpang daripada menggunakan garbarata. Apakah ini terkait tak seimbangnya jumlah penerbangan dengan jumlah ruang tunggu, ruang ketibaan, dan ruang pelepasan? Bisa jadi Bandar Udara Soekarno-Hatta terlalu padat sehingga untuk mengatasi kepadatan itu selain mengalihkan beberapa maskapai di bandar udara lain, seperti Halim Perdana Kusuma, juga dikebut pembangunan Terminal III yang megah itu.

Menjadi pertanyaan, mengapai di Bandar Udara KLIA, Malaysia; Changi Singapura, dan beberapa bandar udara di negara lainnya yang juga tak kalah sibuknya bahkan lebih sibuk dari Soekarno-Hatta, sesuai dengan pengalaman saya, menurunkan dan menaikkan penumpang lewat garbarata?

Apa yang terjadi itu adalah bisa jadi pertama kali namun hal demikian tidak boleh terulang sebab kesalahan ini bisa digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjwab saat masuk Indonesia. Agar kejadian itu tak terulang tentu perlunya pembenahan tidak hanya pada sumber daya manusia di maskapai yang bersangkutan namun juga perlunya peningkatan fasilitas yang ada di bandar udara seperti cukupnya jumlah terminal dan daya dukung lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun