Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hot Dog, Sate Jamu, dan Sego Kucing

21 Desember 2016   11:19 Diperbarui: 21 Desember 2016   11:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lalu, di tengah panasnya dugaan korupsi yang dilakukan oleh petinggi Malaysia dalam skandal1MDB, publik negeri jiran dihebohkan oleh makanan Hot Dog. Departemen Pengembangan Islam Malaysia meminta nama Hot Dog diganti karena dari penamaanmakanan, sebutan itu dianggap tidak cocok dengan kultur. Dog kata yang melekat pada makanan itu yang berarti anjing, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu. Anjing merupakan binatang yang selama ini dijauhi olehummat Islam karena air liurnya najiz. Air liurnya saja najiz apalagi dagingnya.

Departemen Pengembangan Islam Malaysia menegaskan bila nama Hot Dog  tidak diganti maka institusi itu tidak akan memberi sertifikat halal. Atas kebijakan tersebut menimbulkan pro dan kontra. Bagi penjual makanan yang juga memakai kata dog,Pretzel Dog, penggantian nama tidak masalah. Ada yang menyarankan nama Pretzel Dog diganti menjadi Pretzel Sausage (Pretzel Sosis). Di sisi kontra, kebijakan yang ditelurkan itu disebut sebagai tindakan yang mengada-ada.

Apakah makanan yang sudah kondang dan dibuat sejak tahun 1852-an itu mengandung daging anjing dan organ-organ lainnya? Bila kita meminjam difinisi dari wikipedia tentang Hot Dog,makanan itu jauh dari unsur-unsur daging dan organ anjing. Disebut dalam laman itu, Hot Dog  merupakan jenis sosis yang dimasak atau diasapi dan memiliki tekstur yang lebih halus serta rasa yang lebih lembut dan basah daripada kebanyakan sosis. Hot Dog  biasa dimakan bersama roti lunak (bun) yang berbentuk sama dengan sosis, kadang disertai bumbu dan topping. Sandwich yang terbentuk darikombinasi ini disebut juga dengan istilah Hot Dog .

Makanan yang juga disebut frankfurter ini bisa jadi rival hamburger, antara orang Frankfurt danorang Hamburg. Orang-orang Jerman yang beremigrasi ke Amerika Serikat, ratusantahun yang lalu, mempertahankan kebiasaan makannya sehingga mereka memproduksi jenis makanan masing-masing. Selain dikonsumsi sendiri juga ada yang dijual kepasar dan di pusar-pusat keramaian. Isi hamburger pun tidak jauh berbeda dengan Hot Dog  (frankfurter),yakni sayur-sayuran dan sosis. 

Dengan melihat komposisi diatas jelas masalah dari makanan itu hanya soal penamaan (bahasa). Dalammenamakan sesuatu biasa masyarakat dipengaruhi oleh banyak banyak faktor. Bisakarena pengaruh budaya, bisa pula karena gaya bahasa yang berupa penegasan, perbandingan, pertentangan,atau sindiran. 

Dari penggunaan gaya bahasa itumemang ada yang membuat kita salah paham karena gaya bahasa itu tidak secara tegas menyebut sesuatu. Gaya bahasa membuat sesuatu menjadi tersembunyi karena diperhalus, diperkasar, atau dibandingkan dengan yang lain secara langsung.Bisa jadi salah satu departemen di Malaysia itu salah paham karena nama sehingga mereka mengeluarkan kebijakan yang bisa jadi mengada-ada.

Dalam soal makanan memang masyarakat banyak yang salah paham karena namanya. Saat pertama kali kita mendengar makanan yang bernama SegoKucing, dalam pikiran kita makanan itu adalah makanan kucing. Selidik demi selidik ternyata makanan itu adalah makanan manusia. Pedagang menciptakan kreatifitas nama makanan dengan membandingkan (metafora) makanan yang dijual dengan makanan kucing yang ukuran nya hanya sekepal tangan ditambah denganlauk seadanya, tempe, tahu, dan mie. 

Pun demikian dalam nama Hot Dog tadi ada yang menyebut nama itu disematkan karena pembuatnya memiliki anjing jenis dachshund yang cirinya berkaki pendek namun badannya panjang. Ciritubuh dachshund disebut menjadiinspirasi bentuk Hot Dog .

Meski demikian kita juga harusjujur dalam memberi nama. Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu menyembunyikan sesuatu di balik nama. Pernah ada pengalaman di Kota Solo, Jawa Tengah, banyak orang tertipu karena nama. Di sebuah warung sate, pedagang memasang tulisan menjualSate Jamu. Karena jamu dibutuhkan orang dan tidak ada dugaan sate yang dijual mengandung unsur haram maka banyak orang pergi ke warung itu. 

Gaya bahasa yang dipakai warungs ate itu rupanya menyembunyikan sesuatu atau menipu sebab ternyata yang dijual adalah daging anjing. Pedagang menggunakan sebutan jamu karena ada anggapan mengkonsumsi daging anjing bisa menambah vitalitas organ-organ tertentu pada tubuh manusia. Daripenipuan itu timbulah protes sehingga penjual mengubah nama makanan menjadi Sate Guk-Guk. Guk-guk adalah eufismedari anjing dan masyarakat sudah banyak yang tahu kalau sebutan itu menandakan binatangitu. Perubahan nama itu membuat masyarakat menjadi jelas sehingga bagi yangmerasa haram dan atau mencintai anjing, mereka tidak pergi ke warung Sate Guk-Guk. 

Untuk itu pentingnya di sini kita jangan langsung menghakimi nama namun jangan pula kita menipu dengan menggunakan nama. Kita harus jujur dalam memberi nama (berbahasa). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun