Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hoax, Ada yang Diuntungkan

16 Februari 2017   07:42 Diperbarui: 16 Februari 2017   08:00 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Selepas Hari Press Nasional yang diperingati di Kota Ambon, Maluku, 9 Februari 2017, pemerintah mengingatkan agar kita tak percaya pada hoax, berita palsu. Bahkan diharapkan untuk memerangi berita yang sifatnya memfitnah itu. Apa yang disampaikan oleh pemerintah, didukung oleh semua pihak termasuk insan media sendiri.

Hoax sebenarnya timbul seiring dengan peradaban manusia. Akibat hoax sebuah peradaban manusia bisa runtuh. Berita palsu yang beredar di dalam istana pada masa-masa peradaban Yunani, Romawi, Mesir, dan peradaban tua lainnya membuat di antara keluarga raja saling bunuh demi kekuasaan atau antar kerajaan bisa saling serang. Mereka melakukan pertikaian karena terpicu dari fitnah dan ancaman palsu. Ada sebuah cerita, seorang raja mengusir istrinya yang sedang hamil karena ada berita anak yang dikandung akan merebut kekuasaan raja dan akan memperistri ibu kandunganya sendiri. Sang raja percaya pada berita yang belum tentu benar. Coba kalau ia tidak percaya, bisa jadi tragedi itu tak akan tercatat dalam panggung sandiwara.

Ketika media sosial mulai digunakan oleh masyarakat, awal dari penggunaan mempunyai dampak positif. Facebook digunakan media untuk saling menyapa dan bertanya soal kabar orang-orang yang kita cintai. Namun di tengah dinamika sosial yang bernuansa negatif, media sosial digunakan oleh pengguna untuk menumpahkan kekesalan yang dialami.

Seiring mudah mendapatkan dan menggunakan teknologi komunikasi oleh masyarakat, pertumbuhan hoax berbanding lurus. Membiaknya hoax semakin cepat ketika situasi yang ada mendukungnya, seperti perekonomian yang bangkrut, ketidakadilan hukum dan politik, dan kekecewaan yang terus terjadi. Kekalahan timnas sepakbola yang terus mendera saja biasa menimbulkan hoax.

Menjelang Pilkada serentak tahun 2017, media sosial bahkan media utama, setiap hari diguyur dan mengguyur masyarakat dengan hoax. Tujuan dari hoax mempunyai kepentingan menguntungkan penyebar. Ketika banyak orang dan kelompok mempunyai kepentingan maka berita tersebut akan semakin membiak. Akibat yang demikian setiap hari, kita mengalami masa perang hoax.

Namanya berita palsu dan memihak secara subjektif maka berita yang beredar itu merugikan. Merugikan tidak hanya kepada kelompok yang merasa diserang namun juga meracuni masyarakat. Untuk menangkis berita tersebut, pihak yang diserang juga akan membalas berita tersebut, akibatnya berbagai pihak akan saling lempar berita palsu.

Maraknya hoax, kalau kita selusuri ada beberapa faktor yang menyebabkan, pertama, ambisi meraih kekuasaan yang demikian nafsunya. Kalau kita lihat dalam sejarah peradaban manusia, terjadinya peperangan dan saling bunuh di lingkungan keluarga raja, semua dilandasi ingin merebut kekuasaan yang ada. Jalan memperoleh kekuasaan di sistem pemerintahan yang monarkhi adalah secara turun temurun namun tak semua proses itu berjalan normal, hingga akhirnya cara-cara menggunakan berita palsu, fitnah, didesas-desuskan lewat bisik-bisik. Dari sinilah maka tragedi kemanusiaan terjadi. Banyak kisah kerajaan-kerajaan di nusantara runtuh atau saling bunuh di antara keturunan karena adanya berita palsu.

Dalam perjalanan sistem pemerintahan, meski demokrasi sudah berkembang, tidak membuat berita palsu berhenti. Hoax tetap ada bahkan semakin membiak bahkan ada yang menyebut berita-berita yang beredar adalah bagian dari demokrasi. Dengan alasan yang demikian maka hoax juga digunakan untuk merebut kekuasaan. Semakin berambisi dalam merebut kekuasaan maka hal-hal demikian semakin digunakan.

Kedua, hoax digunakan oleh pihak-pihak tertentu tak hanya untuk merebut kekuasaan namun juga dipakai untuk mempertahankan kekuasaan. Untuk itu sering sang penguasa menggunakan hoax untuk melibas pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan. Banyak kisah, pemerintahan yang memfitnah rakyatnya dengan berita palsu, seperti akan melakukan makar, kudeta, boikot, atau bentuk-bentuk perlawanan lainnya. Ketika hoax itu dipercaya maka pemerintah secara sah menggulung kelompok penentangnya. Dalam dunia intelejen, hoaxsering digunakan.    

Ketiga,adanya ancaman. Maraknya hoax yang beredar di masyarakat bisa terjadi karena ada pihak-pihak yang merasa terancam. Masyarakat yang terancam dalam masalah ekonomi, politik, budaya, dan keberagamaan, membuat mereka resah dan gundah. Mereka resah dan gundah sebab bila ancaman itu nyata adanya maka akan membuat dirinya tersingkir dan terpinggir. Untuk menghalau ancaman tersebut maka dihembuskanlah hoax. Dengan hoax yang disebar itu maka seluruh masyarakat menjadi waspada akan ancaman yang terjadi dan secara fisik serta hukum digunakan untuk menangkal ancaman itu.

Tidak bisa dimusnahkannya hoax di media sosial maupun media utama karena ada yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak yang terdongkrak karena hoax atau senang melihat pihak lain jatuh karena hoax, tentu senang dengan adanya fenomena itu. Dengan hoax, mereka diuntungkan. Dari sinilah maka pemberantasan hoax tidak akan bisa terjadi. Di satu sisi hoax dibendung namun di sisi yang lain hoax diguyur. Seperti dalam ilmu  ekonomi, ada untung dan rugi. Untuk itu ada kelompok yang ingin terus mendaur untung dari hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun