Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya, Menteri Anak Menteri

27 Oktober 2014   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:31 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, demkianlah peribahasa atau pepatah yang sering kita dengar yang mengandung arti sifat anak tak jauh dari bapaknya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya secara fakta memang demikian, lihat saja buah mangga, apel, jambu, jeruk, bila jatuh berada di bawah atau sekitar pohon.

Peribasa yang satu ini cocok dikaitkan dengan para menteri yang berada di Kabinet Kerja. Di antara menteri itu banyak di antara mereka adalah anak menteri di masa lalu. Misalnya Menteri BUMN Rini Soemarno adalah anak Soemarno menteri di Kabinet Dwikora II, masa Presiden Soekarno. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin adalah anak Saifuddin Zuhri, Menteri Agama di masa Presiden Soekarno. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan adalah cucu dari Menteri Muda Penerangan AR Baswedan, menteri di masa Presiden Soekarno. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu adalah anak seorang Brigjen Ryacudu. Ryacudu dulu adalah orang kepercayaan Presiden Soekarno. Menteri Kemaritiman Indroyono Soesilo adalah anak Menparpostel dan Menkopolkam Sosilo Soedarman, menteri di masa Presiden Soekarno.

Bila diselusuri satu per satu bisa jadi masih banyak menteri pada Kabinet Kerja ini adalah keturunan dari orang-orang penting di masa lalu.

Mereka dapat meneruskan jejak pendahulunya, orang tua atau kakeknya, bisa jadi karena gen keturunan. Gen keturunan mempunyai kemungkinan besar menurunkan gen yang sama. Jadi bila orang cerdas kemungkinan besar akan menurunkan kecerdasannya pada anak-anaknya.

Meski demikian, gen cerdas bila tidak dilatih atau disemai dalam lingkup yang mencerdaskan maka gen itu akan sia-sia. Sebab orang tua mereka mampu dan sadar akan dunia pendidikan, maka orang tua mereka menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang paling tinggi dan di lembaga pendidikan yang bermutu, baik di dalam maupun luar negeri.

Faktor kecerdasan yang tinggi namun bila tidak ada akses ke kuasaan maka orang cerdas itu bisa jadi hanya berada pada lingkup kampus atau kaum proffesional namun anak-anak mantan menteri itu selain memiliki kecerdasan dan bekal pendidikan yang mumpuni, mereka juga memiliki akses atau jaringan ke kekuasaan sehingga hal inilah yang membuat anak-anak menteri atau orang penting itu meneruskan jejak orangtua atau kakeknya yang dulunya juga menteri atau orang penting. Mega kenal Ryamizard dan Rini karena tahu mereka adalah anak menteri atau orang kepercayaan ayahnya, Soekarno. Faktor perkenalan inilah yang memudahkan Ryamizard dan Rini masuk dalam kekuasaan.

Faktor-faktor itulah yang membuat benarnya pepatah bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Meski demikian pepatah itu bukan mutlak. Bila mutlak bagaimana anak-anak orang jahat seperti koruptor, pencuri, maling, apakah mereka kelak juga menjadi orang yang mempunyai pekerjaan membuat sengsara orang?

Untuk menghindar dari keburukan dan menuju kebaikan maka harus ada keinginan kuat dari diri untuk bagaimana bisa melakukan hal-hal yang dirasa bisa meningkatkan kualitas hidup diri sendiri dan anak-anak kita. Bila diri sendiri dan anak-anak mau sejahtera maka kita harus dengan serius bekerja dengan baik dan mendorong anak-anak untuk bersikap baik serta mendorong mereka sekolah dengan serius dan sampai ke jenjang paling tinggi.

Namun bila diri ini dan anak keturunan mempunyai perilaku buruk itu merupakan buah dari keburukan kita sendiri, misalnya malas. Di sini faktor orangtua dan ketauladanan mempunyai arti penting bagi generasi selanjutnya. Untuk itu marilah kita berbuat baik agar kita juga mempunyai keturunan yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun