Dengan senyum penuh percaya diri dan sabar, Saffiyah Khan menatap salah seorang demonstran dari kelompok aksi yang berlawanan yang memaki dan mengumpat dirinya. Adegan tersebut diabadikan oleh seorang fotografer dan dimuat di medianya. Begitu foto itu nampang, 8 April 2017, maka foto yang diunggah tersebut menjadi viral. Dari viral yang beredar ke segala penjuru jagad itu, perempuan berdarah Pakistan-Bosnia itu mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Mereka mendukung Khan sebab ia penuh kesabaran ketika menghadapi umpatan dan cacian dari orang lain. Ia tidak terprovokasi.
Apa yang dialami Khan itu terjadi ketika dua massa yang berbeda ideologi, aspirasi, dan tuntutan berhadapan dalam sebuah demonstrasi di Birmingham, Inggris. Foto itu sebuah proses alami dan tidak dibuat-buat, rekasaya. Mungkin kalau foto itu terlihat Khan dengan muka tidak tersenyum, pasti foto itu menjadi foto yang biasa dan berlalu begitu saja di mata kita.
Khan sabar menghadapi amarah dari pihak lain selain karena dirinya seorang perempuan juga dikarenakan bila ia membalas dengan hal yang sama maka hal yang demikian justru tidak akan menyelesaikan masalah. Toh sikap sabar yang dilakukan menimbulkan hal yang positif bagi dirinya dan proses hukum. Ketika polisi datang menghampiri kejadian itu, si pemarah meninggalkan Khan.
Khan tidak ingin berkampanye bagaimana bersikap ketika menghadapi orang yang mencaci dan marah padanya namun viral foto itu menjadikan kita bisa belajar pada Khan. Belajar bagaimana kita bersikap sabar dan tidak terprovokasi ketika menghadapi situasi yang tidak mengenakan bahkan membahayakan.
Dari sinilah semuanya perlu belajar pada Khan. Saat ini dalam demokrasi yang tengah berproses di Indonesia, masyarakat memahami demokrasi sesuai dengan selera masing-masing. Memahami demokrasi sesuai selera dengan apa yang diinginkan sehingga ketika dua hal ini bertemu antarpihak  maka yang terjadi adalah konflik kepentingan. Ketika salah satu pihak tidak mau mengalah atau menerima maka yang terjadi adalah saling umpat, caci maki, dan hal-hal-hal yang sifatnya negatif.
Perbedaan memahami demokrasi seperti ini tidak hanya diungkapkan dalam bentuk cacian dan makian namun juga diwujudkan dalam bentuk foto, meme, dan video yang penuh rekayasa dan editan. Mereka merekayasa visual-visual itu dengan bentuk pelecehan, merendahkan, dan menuduh pihak lain sebagai kelompok yang negatif.
Akibat sikap permusuhan yang terungkap dalam media dengan ragam visual maka suasana yang terjadi adalah konflik yang berkepanjangan di masyarakat. Masyarakat setiap hari mengeluarkan berbagai cacian, makian, dan umpatan dengan berbagai bentuk dan cara. Hal demikian tidak akan berhenti bila kepentingan masyarakat tidak tersalurkan atau tersampaikan.
Lalu bagaimana mensikapi perang caci maki yang marak di media dalam ragam bentuk tersebut. Langkah yang bisa dilakukan adalah, pertama, bersikap sabar seperti Khan. Â Terbukti ketika ada orang marah, mencaci, dan memaki, ketika dihadapi senyum percaya diri dan tidak terprovokasi, justru hal demikianlah yang bisa menumbuhkan rasa empati dan simpati dari banyak pihak.
Dari pengalaman ini maka cara-cara seperti ini sering digunakan sebagai siasat untuk berpura-pura sebagai pihak yang terdzolimi. Tujuannya untuk mendapat dukungan massif dan luas. Ketika cara ini sukses untuk meraih dukungan massa maka banyak pihak yang mengaku dirinya terdzolimi. Namun perlu ditegaskan di sini, Khan tidak mencoba menjadi pihak yang terdzolimi, ia melakukan pembelaan dengan percaya diri dan senyum. Khan adalah masyarakat biasa, bukan sosok politisi yang ingin meraih jabatan.
Kedua, menghadapi sikap amarah dari pihak lain, kita tidak perlu terpancing untuk melakukan hal yang sama. Ketika terpancing maka masalah yang ada justru akan semakin rumit dan bisa-bisa tidak akan tuntas. Khan berpikir dirinya bila terpancing tentu masalahnya akan merugikan diri dan kelompoknya, apalagi dirinya seorang imigrant dan perempuan. Dengan kelemahan yang ada maka Khan bisa jadi bertindak lebih baik mengalah namun sikap mengalah bukan dengan cara lari atau menghindar namun menghadapi dengan sebuah senyuman. Senyuman yang dikembangkan dari bibirnya menunjukan sikap bahwa dirinya tidak akan melakukan kekerasan, bersikap terbuka, dan menyatakan bahwa menyelesaikan masalah bukan dengan cara-cara kekerasan.
Dengan cara-cara yang dilakukan oleh Khan, justru dukungan akan lebih banyak diberikan kepadanya dan memposisikan pihak yang mencaci maki dan mengumpat sebagai kelompok-kelompok yang arogan dan melanggar hukum. Sikap Khan inilah yang bisa menaikan aspirasi kelompoknya.