Bermain Pokemon Go rupanya sudah menjadi urusan negara. Hal demikian terlihat dari lontaran dari Ketua DPR Ade Komaruddin, Menteri Pendayagunaan Aparataur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) Yuddy Chrisnadi, serta Kapolri Jenderal Tito Karnavian, tentang tidak penting dan tak perlunya permainan itu. Bahkan BIN pun disebut membentuk tim untuk menelisik permainan Pokemon.
Dirasa kurang dengan sekadar ucapan dalam soal pelarangan bermain Pokemon, maka Kapolri dan Menteri PAN dan RB mengeluarkan aturan pelarangan bermain Pokemon. Kapolri mengeluarkan STR/533/VII/2016 dan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi menerbitkan aturan Nomor: B/2555/M.PANRB/07/2016. Dengan demikian seluruh pegawai negeri sipil dan aparat polisi dan TNI tidak boleh bermain Pokemonsaat bekerja.
Apa yang menyebabkan permainan Pokemondilarang? Banyak berita permainan seperti itu telah mengganggu konsentrasi orang. Ketika orang bermain Pokemon, seolah-olah ia telah masuk ke dalam dunia lain sehingga tidak mempedulikan dirinya. Ia menjadi anti sosial. Saking asyiknya, pemain Pokemonmau melakukan apa saja demi mendapat buruannya. Diceritakan seorang gamerPokemonrela mengejar buruannya hingga naik ojek dengan arah yang tidak jelas.
Tak hanya itu, diberitakan pula ada seorang pemain Pokemonmemburu gambar lucu yang ada di handphone-nya itu hingga menerobos instansi militer. Tak hanya instansi militer yang diterobos orang untuk berburu Pokemonnamun di tempat-tempat ibadah juga dilanggar demi menyalurkan hobby bermain games itu.
Meski asyik dan menegangkan namun akibat dari permainan tersebut jangan dianggap remeh. Dikabarkan sudah ada beberapa orang yang bermain Pokemonmengalami kecelakaan seperti jatuh ke jurang atau ketabrak kendaraan. Tak hanya itu, orang yang bermain Pokemonjuga bisa membuat orang lain celaka. Seperti tiba-tiba menghentikan kendaraannya sehingga yang di belakang pastinya akan menabraknya.
Permainan Pokemonbisa mengganggu konsetrasi dan meninggalkan kerja sehingga bisa menurunkan produktifitas. Menurunnya produktifitas aparatur negara dan masyarakat hal demikianlah yang bisa jadi membuat pemerintah was-was. Bila tak ada larangan bermain Pokemon, bisa jadi mesin birokrasi akan menjadi lumpuh, tidak berjalan, dan di sektor swasta bisa membuat perputaran ekonomi terhambat. Bayangkan bila salah satu aparat di kelurahan asyik bermain Pokemon. Berapa layanan akan terganggu akibat ulah itu. Pun demikian bila seorang polisi lalu lintas bermain Pokemon, kemacetan yang sudah terjadi akan bertambah macet atau tak terurai, pasalnya ia melupakan tugas dan lebih memilih asyik dengan Pokemon.
Maraknya permainan Pokemonpun dijadikan meme dengan berbagai plesetan. Seperti sebuah memeyang bertuliskan “kalau mau masuk surga Pakaiman.” Ada pula yang memplesetkan menjadi kata “Ketemon,” sebuah gambaran yang menunjukkan seseorang yang memergoki kekasihnya berselingkuh. Lebih ekstrim dan bisa dikatakan mengada-ada, permainan tersebut dianggap sebagai produk Yahudi sehingga harus dijauhi.
Permainan Pokemonadalah bukti semakin canggihnya inovasi dalam teknologi gamesyang bisa dilakukan lewat handphone. Dengan permainan itu, orang tak harus duduk terpaku di kursi. Namun sayangnya permainan itu sepertinya lebih banyak mudharat, membawa kerugian, daripada manfaatnya. Pendapat ini bukan mengada-ada, sebab ketika bermain Pokemonkita seperti masuk dalam dunia lain, kita dituntun berjalan entah ke mana, tanpa arah dan tujuan dengan ujung bisa membuat kita celaka dan anti sosial. Tak heran bila pemerintah sampai mengurus permainan itu. Sepertinya pemerintah sudah was-was sehingga permainan seperti itu dilarang, tidak hanya lewat harapan namun sudah lewat keputusan dan aturan yang mengatasnamakan negara. Disebut di beberapa negara, seperti Mesir, bermain Pokemonjuga dilarang.
Sikap pemerintah melarang bermain Pokemonsecara resmi perlu diapresiasi. Ini salah satu bentuk bagaimana pemerintah mengarahkan agar masyarakat menjadi baik. Namun kita tidak sadari bahwa sebenarnya sudah muncul ‘Pokemon-Pokemon’ yang lain. ‘Pokemon’ yang sudah muncul lebih dahulu itu juga mengganggu kinerja, digunakan untuk memfitnah, menjebak, dan menipu sehingga bisa mengakibatkan korban hingga kematian.
‘Pokemon’ yang lain itu adalah media sosial terutama facebook. Lihatlah bila kita bermain facebook, kita bisa melupakan, meninggalkan, dan tidak berkonsetrasi dalam bekerja. Akibatnya produktifitas seseorang bisa menurun bila bermain facebook. Lihat saja bila kita lihat di tempat-tempat umum, orang yang di sana lebih asyik memegang handphone dan berkonsentrasi di depan layar alat itu. Mereka melakukan kegiatan apa lagi kalau tidak melihat dan asyik dengan facebook.
Bila ada orang mati gara-gara Pokemon, ada pula mati gara-gara facebook. Kita sering melihat terjadi pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, dan tindak kejahatan lainnya gara-gara berkomunikasi di antara facebooker. Bila facebook terbukti mengganggu konsetrasi saat bekerja dan menimbulkan keadaan bahaya bagi pengguna, sama seperti yang dituduhkan pada Pokemon, mengapa tidak ada larangan bermain facebook?