Di akhir Mei 2016, saya berkesempatan mengunjungi pusat reintroduksi, rehabilitasi, buat orangutan di Nyaru Menteng, Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS). Tempat yang digunakan untuk menormalkan kembali hidup orangutan itu berada di Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Untuk menuju ke tempat yang popular disebut Nyaru Menteng itu cukup singkat, bila berangkat dari Kota Palangkaraya, arah jalan menuju Kabupaten Katingan itu lebar, beraspal mulus, dan lengang maka jarak tempuh dari Palangkaraya ke Nyaru Menteng, di bawah 30 km, bisa dicapai tak kurang dari setengah jam. Dari jalan besar, masuk ke dalam lewat sebuah laluan selebar 3 meter sekitar 200 meter-an.
Menurut catatan pada bulan Mei 2016, ada 480 orangutan yang berada di tempat itu. Disebut 60 persen orangutan yang berada di Nyaru Menteng adalah sitaan. Diambil dari orang atau tempat yang memelihara orangutan tanpa ijin. Sisanya dari penyelamatan akibat kerusakan alam, entah kebakaran hutan atau pembukaan hutan.
Di sinilah tugas reintroduksi dan rehabilitasi Nyaru Menteng mengembalikan orangutan itu kembali normal hidupnya. Orangutan yang berada di tempat itu, awal mulanya dikarantina, selanjutnya diberi ‘pelatihan atau pembekalan’ bagaimana cara hidup normal, setelah itu dipralepasliarkan, setelah tahapan itu semua sukses, langkah terakhir adalah dilepasliarkan.
Selain sehat dan bugar, orangutan yang dikembalikan ke habitat aslinya, ia harus mempunyai ketrampilan bagus (bisa mencari makan, minum, dan tempat tinggal sendiri), dan tidak menganggap manusia sebagai sahabat. Tidak menganggap manusia sebagai sahabat bila orangutan itu menghindar dan menjauh saat bertemu manusia. Jika mereka menganggap manusa sebagai sahabat akan membuat orangutan itu menjadi tergantung pada manusia, seperti meminta atau mengemis-ngemis minta makanan.
Bagi pengunjung bila datang ke Nyaru Menteng, di sebuah bangunan utama, mereka akan disuguhi film tentang konflik manusia dengan orangutan. Konflik yang terjadi akibat kebakaran hutan atau pembukaan lahan untuk tanaman industri. Dalam film itu, pengunjung diajak untuk peduli pada nasib orangutan. Film itu bagian dari kampanye penyelamatan orangutan.
Pengelola Nyaru Menteng sendiri menyesalkan ada beberapa pemuda yang berada di jalan masuk lokasi yang memungut biaya bagi pengunjung. Tak hanya itu, disesalkan juga adanya pungutan parkir liar. Kejadian yang demikian sebenarnya sudah diadukan oleh pihak pengelola Nyaru Menteng kepada pihak yang berwajib namun mereka terus mengulang tindakan ilegal itu.