Kedua, sebagai penyeimbang dari kalangan artis yang menjadi anggota parlemen. Sudah lama terutama beberapa tahun yang lalu, banyak artis yang menjadi politisi dan mereka terpilih menjadi wakil rakyat, anggota DPR. Keberadaan mereka, kualitasnya, selama ini dipertanyakan oleh banyak kalangan. Apakah kehadirannya di Senayan mampu memberi penguatan demokrasi dan kesejahteraan perekonomian rakyat.Â
Banyak yang menyebut hadirnya artis menjadi wakil rakyat hanya sebagai penarik atau pendulang suara tanpa atau kurang diimbangi dengan kuatnya peran mereka sebagai wakil rakyat yang benar-benar bisa diandalkan dalam membuat dan mempengaruhi kebijakan. Toh meski para artis yang menjadi wakil rakyat itu hebat namun mereka akan tetap tunduk pada kebijakan partai sehingga tidak bisa berbuat banyak.
Hal inilah yang ingin ditepis oleh para artis bahwa di luar parlemen pun bisa menyuarakan demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan buat rakyat.
Ketiga, menjadi rival bagi artis yang menjadi pemengaruh suara istana. Dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, banyak artis, pekerja seni, dan selebgram, yang diundang dan diajak jalan-jalan oleh presiden untuk meresmikan proyek-proyek strategis, seperti LRT, IKN, dan yang lainnya. Harapan dari mereka diundang dan diajak jalan-jalan agar mereka mengabarkan prestasi pemerintah lewat channel-channel media sosial.
Keberadaan pemengaruh ini sah-sah saja namun sayang ia hanya menyuarakan satu sisi saja sehingga akan memposisikan artis hanya sebagai penyambung lidah kekuasaan. Hal inilah yang ingin ditepis oleh artis yang ikut aksi massa menolak revisi UU Pilkada bahwa tidak semuanya mau menjadi penyambung lidah kekuasaan.
Dari paparan di atas, dengan munculnya Reza Rahardian khususnya, akan semakin meningkatkan kepedulian artis untuk ikut turun ke jalan membela demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H