Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menunggu Rambo dan Superhero di Perang Rusia-Ukraina

1 Maret 2022   07:54 Diperbarui: 1 Maret 2022   07:57 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perang antara Rusia dan Ukraina sudah pecah beberapa hari yang lalu. Kedua negara dengan segala kekuatan yang ada, saling mengirimkan dan mengerahkan kekuatan militernya. Mereka pun saling klaim mampu menghancurkan kekuatan musuh.

Mengapa dua negara yang bisa dikatakan masih saudara dan dulu dalam satu naungan Uni Soviet bisa saling bunuh? Perang terjadi dipicu sebab semakin agresifnya NATO (dengan dominasi Amerika) di wilayah bekas-bekas negara Uni Soviet yang berada di wilayah Eropa Timur, Tenggara, dan Baltik. NATO, dari waktu ke waktu mengembangkan kekuatan militernya dengan mengajak negara-negara pecahan Uni Soviet untuk masuk atau bergabung dengan aliansi pertahanan negara yang dibentuk sejak tahun 1949 itu. Ukraina yang berbatasan dengan Rusia pun mempunyai potensi juga menjadi bagian dari NATO.

Masuknya pecahan-pecahan negara Uni Soviet berduyun-duyun menjadi anggota NATO, hal demikian membuat Rusia khawatir sebab dari waktu ke waktu wilayahnya didekati dan dikepung oleh pangkalan militer NATO. Estonia dan Latvia yang berbatasan langsung dengan Rusia, sejak 2004 sudah menjadi bagian dari NATO. Demikian Turki, yang berbatasan dengan Rusia di Laut Hitam, juga anggota NATO. 'Invasi' NATO bila didiamkan, selain membahayakan kedaulatan Rusia, hal demikian juga mengerdilkan negara itu dalam kekuatan militer.

Selain factor yang demikian, Rusia menganggap Ukraina adalah bagian dari Rusia. Untuk itulah, Ukraina harus dipertahankan dari kekuatan lain, baik secara militer maupun budaya.

Dalam peperangan yang terjadi, seperti pengalaman saat dan selepas Perang Dunia II, Amerika tidak hanya menurunkan kekuatan penuh, baik jumlah tentara maupun alutsista. Ia juga menurunkan 'pasukan-pasukan' tempur yang berperang di luar medan laga. Tujuannya untuk melakukan perang urat syaraf atau perang psikologis. Perang ini sangat efektif sebab bisa membuat lawan mundur, lemah, dan kalah bukan karena factor alutsista, jumlah tentara, atau strategi militer namun karena sesuatu hal yang berasal dari luar medan laga.

Perang urat syaraf lewat propaganda ini gencar dilakukan Amerika, meski Perang Dunia II sudah usai. Kalau kita lihat selepas Perang Dunia II hingga beberapa waktu yang lalu, dunia perfilman kerap disuguhi oleh film perang produk Hollywood. Dari film-film perang yang ada, Amerika, Inggris, dan sekutunya selalu menang dalam peperangan. Ratusan film perang produk Hollywood sudah ditebar, di antara yang popular adalah Rambo. Rambo yang diperankan oleh actor Sylvester Stallone digambarkan sebagai sosok prajurit yang tangguh, lihai, dan menguasai medan. Sedang musuh yang ada digambarkan seolah-olah mereka tentara yang tidak terlatih, selalu lengah, dan tidak siaga sehingga satu batallion bisa dihabiskan sendiri oleh Rambo.

Rambo hadir di dunia perfilman dengan menarik dan apik sehingga banyak ditonton oleh orang. Booming-nya film tersebut membuat Rambo diproduksi secara sekuel hingga Rambo III, seperti Spiderman. Sebagai film propaganda, Rambo dikisahkan di medan-medan pertempuran di mana di tempat itu tentara Amerika melaksanakan tugasnya, seperti saat di Vietnam dan Afghanistan. Dalam film, Rambo tidak hanya mampu menghancurkan sarang-sarang musuh, yang dalam film tersebut digambarkan sebagai Uni Soviet atau kekuatan komunis Vietnam, namun dirinya juga bersatu dengan rakyat setempat untuk bahu membahu melawan musuh.

Dalam film, tak hanya Uni Soviet yang digambarkan sebagai pihak yang jahat atau agressor. Jerman dan Jepang pun diposisikan sebagai pihak yang sama. Sebab kedua negara ini adalah musuh utama dalam Perang Dunia II. Tak heran dalam film-film yang ada, Uni Soviet, Jerman, dan Jepang dalam akhir cerita berada dalam pihak yang kalah.

Tak hanya lewat film Amerika melakukan perang urat syaraf. Lewat komik, dirinya juga melakukan hal yang sama. Sama seperti Rambo yang tak terkalahkan, dalam komik yang dibuat, sosok seperti Captain America dan Winter Soldier juga demikian. Dengan tameng sebagai senjata dan perlindungan yang ampuh, Captain America mampu mengalahkan lawan-lawannya. Komik-komik yang ada tersebar ke seluruh dunia dan merupakan komik yang digemari anak-anak dan remaja. Saking popularnya, komik tersebut akhirnya difilmkan.

Lewat film dan komik, Amerika mampu melakukan cuci otak, indoktrinasi, secara laten kepada penonton dan pembaca (masyarakat global). Cara ini massif dan sukses sehingga ada pandangan global bahwa Uni Soviet, Jerman, Jepang, dan musuh-musuhnya adalah negara yang jahat, jelek, dan stigma-stigma negatif lainnya.

Meski dalam Perang Rusia-Ukraina, NATO belum terlibat secara aktif namun kelak Amerika tetap akan melakukan propaganda entah lewat sosok-sosok yang sudah ada, Rambo dan Superhero, atau lewat penggalan-penggalan kisah nyata yang menunjukan kehebatan prajurit Amerika atau NATO saat perang terjadi, seperti Film Dunkirk dan Unbroken. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun