Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kudeta Para (Mantan) Loyalis

1 April 2021   11:29 Diperbarui: 1 April 2021   11:40 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terkait fenomena ini, saya meminjam ungkapan ekonom Orde Baru, Emil Salim, dalam twitt-nya. Dalam twitt-nya, Guru Besar FE UI itu mengatakan, ketika Presiden Soeharto dan Presiden SBY berada di puncak kekuasaan, berjubel orang2 mengelilinginya. Setelah jabatan Presiden berakhir, orang2pun menghilang, sesuai ungkapan: "Politik tak kenal sahabat abadi, hanya kepentingan abadi". @emilsalim2010, February 13, 2021.

Jadi dalam masalah ini, SBY tidak mengalami sendiri, Presiden Soeharto bahkan presiden yang lain pun mengalami hal yang sama, yakni dituding-dituding, dilawan, dan ditinggalkan oleh mereka yang sebelumnya setia dan loyalis. Mereka yang selama ini dekat dan mendekat kepada seseorang rupanya ada pamrih-pamrih tertentu (kepentingan) agar pamrihnya itu difasilitas dan dicukupi. Orang yang mampu memberi fasilitas kepada mereka yang dekat dan mendekat, adalah orang yang mempunyai kekuasaan.

Orang yang mempunyai kekuasaan tidak hanya Presiden. Mulai dari lurah, bupati, walikota, gubernur, anggota DPR/D, ketua lembaga negara, mereka adalah orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Tak heran bila mereka masih menjabat atau mempunyai kekuasaan, banyak orang mengerumuni mereka. Contohnya, bila ada anggota DPR turun ke bawah atau kembali ke dapil, banyak orang menunggu kedatangannya. Ia dicari-cari. Mereka yang datang kepadanya ada yang menyampaikan aspirasinya, ada pula yang sambat akan kehidupannya yang lagi kesulitan masalah ekonomi. Namun bila orang itu sudah tidak menjadi anggota DPR, saat pulang ke kampung, jangankan ada ingin bertemu padanya, peduli pun tidak.

Dari fenomena ini, banyak orang yang mempunyai kekuasaan kemudian tak lagi memiliki kekuasaan, hidupnya menjadi merana. Tak ada lagi orang mendekat, hidupnya menjadi sepi, bahkan masa lalunya dibuka aib-aibnya. Banyak cerita mantan presiden hidupnya penuh kesepian dan terisolasi. Orang tidak lagi mendekat kepadanya selain karena tidak lagi memiliki kekuasaan, juga dikarenakan takut kecipratan aib dan dosa-dosa masa lalunya. Padahal saat dirinya berkuasa, dengan kekuasaan yang luar biasa, mampu membuat ribuan orang dekat, mendekat, dan menyatakan diri menjadi loyalis.

Belajar pada pengalaman di atas, untuk itu perlunya bijak pada saat berkuasa. Saat berkuasa jangan ugal-ugalan dalam menggunakan kekuasaan yang ada. Agar tidak menimbulkan dendam yang terpendam yang bisa dilampiaskan saat ia tidak berkuasa. Pun demikian saat berkuasa jangan melayani orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Hal-hal demikian penting ditegaskan agar saat tidak berkuasa atau memegang kekuasaan, orang tetap menghargai dan peduli pada kehidupan kita yang dari waktu ke waktu semakin menua. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun