Kenyamanan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat (PD) terusik ketika dirinya mengungkapkan adanya dugaan gerakan politik yang ingin mengambil alih kekuasaan PD secara paksa dari tangannya. Tak tanggung-tanggung disebut ada orang lingkaran istana yang berada di balik upaya pengambilalihan kekuasaan PD. Orang lingkaran istana itu konon dibantu oleh anggota PD yang masih aktif maupun tidak aktif yang disebabkan mengundurkan diri, keluar, dan dipecat.
Sebagai partai tengah, PD dengan raihan suara pada Pemilu 2019 sebesar 10.876.057 (7,77 persen), diakumulasi dalam bentuk 54 kursi di DPR, membuat partai yang dilahirkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memiliki posisi yang penting dalam perpolitikan nasional di Indonesia. Posisi yang demikian membuat kekuasaan yang dibangun oleh Joko Widodo meski sudah disokong oleh partai-partai besar seperti PDIP, Golkar, Gerindra, dan PKB, namun masih terasa hambar ketika belum didukung oleh PD.
Pemerintah butuh PD tidak hanya karena jumlah kursi yang signifikans ketika dilakukan voting di DPR atau pengambilan keputusan suara berdasarkan mayoritas kekuatan partai politik, namun juga karena figur SBY. SBY sebagai mantan Presiden dan tokoh yang disegani di Indonesia membuat keberadaannya masih dibutuhkan dan didengar oleh rakyat maupun pemerintah.
Selama pemerintahan bergulir dari tahun 2014 hingga saat ini (2021), ketika kekuasaan dipegang oleh Joko Widodo, partai berwarna biru ini cenderung mengambil jalan tengah. Dia secara tegas tidak menyatakan oposisi tetapi juga tidak bergabung dalam kekuasaan yang ada.Â
Entah mengapa PD dalam mengambil sikap terlalu berhati-hati sehingga kritik yang dilontarkan kepada kekuasaan selama ini tidak keras-keras amat. Hal demikian bisa jadi karena terpengaruh oleh sikap dan watak SBY yang selalu berhati-hati dalam bertindak. Bahkan dalam Pilpres di tahun 2014 dan 2019, PD menentukan pilihannya, mendukung, Prabowo Subianto, di menit-menit terakhir, dan terlihat ogah-ogahan ketika membantu pemenangan Prabowo Subianto.
Selama ini kalau kita lihat aktivitas PD terlihat adem ayem saja. AHY, sebagai Ketua Umum PD, saat-saat ini terlihat lebih cenderung sibuk membangun citra diri. Ia lebih suka pidato sana-sini, mengucapkan selamat kepada ormas-ormas yang berulang tahun, membuat video tik tok bersama anak dan istrinya, serta kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial semata untuk PD. Apa yang dilakukan itu bisa jadi untuk kepentingan politik di tahun 2024, Pilpres. Sementara urusan politik praktis dilimpahkan kepada anggota-anggotanya yang duduk di DPR.
AHY pede membangun citra dirinya sebab dilihat posisinya partainya saat ini terlihat sangat menentukan. Pengaruh ayahnya, SBY, juga bisa terbilang mampu mendongkrak popularitasnya. Bila dilihat dan dibandingkan dengan partai yang lain, PD lebih maju dalam soal Pilpres. Partai ini sudah memiliki calon yang hendak diusung dalam Pilpres, yakni AHY, meski kelak pada posisi cawapres.Â
Sementara partai-partai yang lain, seperti Golkar belum memiliki figur yang bisa disodorkan dalam Pilpres. Padahal partai berlambang pohon beringin itu partai besar. Nasdem yang terbilang partai besar pun saat ini juga wira-wiri mencari sosok capres yang bisa dimajukan dalam Pilpres. Nasdem bukan mencari kadernya sendiri namun mencari orang lain yang mempunyai elektabilitas dan popularitas yang tinggi, setelah sukses menggaet Ridwan Kamil, Nasdem pernah juga mendekati Anies Baswedan.
Namun perjalanan AHY menuju ke 2024 masih penuh tantangan. Tantangan yang ada seperti, pertama, dari waktu ke waktu semakin banyak muncul sosok yang mencuri perhatian rakyat. Mereka entah secara alami atau by design hadir atau dihadirkan.Â
Ada sosok yang gara-gara dekat dengan rakyat, sukses membangun kota dan transportasinya, menemui pemulung, mampu menghijaukan zona pandemic, atau hal-hal yang sifatnya kerakyatan, langsung menjadi viral. Mereka mayoritas atau kebanyakan adalah para eksekutif baik yang berada di pusat maupun daerah.
Dengan kekuasaan yang dimiliki, sebagai kepala daerah atau menteri, sosok-sosok itu menggunakan sarana-sarana yang ada untuk mencitrakan diri sebagai orang yang membela rakyat dan menjanjikan kemajuan bagi daerah, bangsa, dan negara. Lihat saja banyak kepala daerah atau menteri blusukan ke tengah masyarakat.Â