Wabah corona yang menyebar ke berbagai negara, tidak hanya membahayakan keselamatan ummat manusia namun juga menghentikan berbagai aktivitas manusia. Kegiatan-kegiatan besar olahraga di dunia yang sudah dirancang jauh-jauh hari seperti Olimpiade Tokyo 2020, UEFA Cup 2020, berbagai cabang olahraga otomotif dan lainnya juga mengalami hal yang sama, ditunda bahkan dengan waktu entah kapan dilakukan lagi masih belum jelas.
Penundaan kegiatan-kegiatan dalam berbagai sendi kehidupan ummat manusia tentu merugikan semua pihak. Ekonomi menjadi lumpuh, kreatifitas manusia terhambat, semua berujung pada menurunnya produktifitas berbagai aktivitas manusia yang selama ini telah dilakukan.
Wabah corona juga mengimbas pada perilaku dan aktivitas para politisi. Sebelum wabah ini menggejala, atau saat dunia dalam kondisi normal, para politisi entah secara terus terang atau diam-diam melakukan kunjungan ke masyarakat, konstituen. Di sana mereka melakukan tatap muka, diskusi, sambung rasa, bagi-bagi rejeki, dan kegiatan lainnya. Kegiatan itu ikhlas atau ada pamrihnya, entahlah, para politisi-lah yang bisa menjawabnya.
Wabah corona yang terjadi juga telah menghentikan aktivitas para politisi. Reses anggota DPR pernah diperpanjang dan bila melakukan sidang, mereka melakukan protap yang ketat seperti pengaturan-pengaturan tempat duduk, kehadiran anggota, peliputan, pegawai, dan dipercepatnya waktu sidang. Hal demikian berbeda dengan saat kondisi normal. Masyarakat luasnya pun diperkenankan untuk melihat sidang yang ada.
Agar suara mereka tetap terjaga dan menghindari tuduhan bahwa politisi tidak melakukan apa-apa saat wabah corona menggejala, membuat politisi berpikir apa yang bisa diperbuat di tengah merebaknya wabah corona yang bisa mengena siapa saja tanpa pandang bulu. Semua orang bisa terdampak tanpa memandang kaya, miskin, suku, agama, ras, asal negara, ormas, dan partai politiknya.
Saat ini semua orang memikirkan bagaimana diri dan keluarganya tak tertular wabah corona. Untuk itu mereka melakukan berbagai protap yang telah ditentukan oleh lembaga-lembaga resmi  guna terhindar wabah corona seperti sering melakukan cuci tangan, jaga jarak fisik dari kerumunan, meningkatkan daya tubuh, serta lebih baik tinggal di rumah.
Menjaga jarak fisik sebagai salah satu resep terhindar dari penularan wabah corona tentu hal demikian membuat kerugian kepada siapa saja termasuk para politisi sebab mereka tidak bisa berada di tengah-tengah masyarakat secara dekat, akrab. Kesan akrab dan merakyat merupakan modal paling utama untuk membangun citra para politisi sehingga perilaku yang demikian selalu dijaga dan dilakukan. Untuk itu bila dalam suasana normal mereka akan selalu membangun rasa kebersamaan, entah ikhlas atau tanpa pamrih.
Agar aktivitasnya tidak menghilang atau tak mau disebut tak peduli terhadap wabah corona, para politisi melakukan berbagai aktivitasnya agar masyarakat menganggap keberadaan mereka tetap ada. Apa saja kegiatan para politisi di tengah himbauan untuk menjaga jarak fisik dari kerumunan? Pertama, saat ini para politisi rajin membuat rilis (berita). Mereka yang sudah biasa akan memperbanyak rilis. Sedang yang sama sekali tidak kenal dunia penulisan berita atau mereka yang suka menghindar pemberitaan, tiba-tiba juga meriliskan dirinya. Rilis-rilis yang disebar ke berbagai media massa dan media sosial dari para politisi berisi sesuai dengan tugas DPR, yakni pengawasan, anggaran, dan legislasi.
Dalam rilis, politisi ada yang dengan galak mempertanyakan sikap pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap wabah corona. Ada yang mendorong agar anggaran-anggaran yang ada saat ini diprioritaskan untuk masyarakat dalam penanganan dampak corona. Seperti penolakan beberapa fraksi terhadap test rapid yang ditujukan kepada anggota DPR dan keluarganya. Mereka dengan lantang mengatakan, rakyat harus diutamakan. Selain rilis kritik terhadap pemerintah dan lembaganya sendiri, ada pula himbauan dari dari politisi agar masyarakat melakukan protap melindungi diri dari penyebaran wabah corona.
Dalam bidang ekonomi, lewat rilis para politisi mendorong sektor-sektor usaha yang dilakukan masyarakat tetap dijaga dan diperhatikan agar roda kehidupan tetap berjalan di tengah himbauan jaga jarak fisik, tetap tinggal di rumah, bahkan bila lockdown diperlakukan.
Rilis yang dibuat dianggap oleh politisi merupakan cara yang efektif untuk sambung rasa, menunjukan kedekatan dengan masyarakat, serta memperlihatkan kepedulian pada bencana yang terjadi. Rilis itu dianggap sebagai pendekat kepada kerumunan. Cara ini memang sangat efektif sebab masyarakat sekarang tidak bisa lepas dari media sosial dan media online. Setiap saat berita bersliweran lewat handphone. Di arus informasi itulah ada rilis-rilis wakil rakyat.