Kalau kita lihat di media online, terlihat dari waktu ke waktu semakin banyak kabar yang menceritakan warga tewas akibat serangan tawon. Kita lihat di media online, 20 Januari 2020, seorang warga Klaten, Jawa Tengah, tepatnya di Dusun Turen, Desa Tlobong, Kecamatan Delangu, Srihono tewas akibat serangan tawon jenis vespas affinis atau tawon endhas.
Serangan tawon terjadi, menurut berita yang ada, bermula ketika korban hendak mencari kayu bakar di dekat rumahnya. Pada sebuah bambu kering, korban hendak mengambil kayu namun dirinya tidak tahu di tempat itu ada sarang tawon.Â
Gerakan pengambilan kayu yang dilakukan korban rupanya mengganggu ketenangan tawon. Dari sinilah tawon langsung menyerbu si korban. Setelah diserang, korban tidak langsung tewas, masih sempat rawat jalan pada klinik namun selanjutnya, setelah dirinya muntah-muntah dan dibawa ke rumah sakit, nyawanya tidak tertolong.
Cerita diserang tawon, pernah kita dengar bahkan kejadian yang demikian sering tergambar dalam berbagai film dan komik, luar dan dalam negeri, baik dalam bentuk yang serius maupun lucu-lucuan seperti dalam film-film kartoon.Â
Dalam film Upin Ipin juga ada adegan bagaimana film kartoon dari Malaysia, mereka diserang kawanan tawon. Biasanya mereka selamat setelah menceburkan diri ke dalam air, entah sungai atau kolam.
Namun kali ini, orang tewas akibat serangan tawon begitu massif. Dalam pencarian google, kejadian orang tewas maupun luka akibat diserang tawon mulai terjadi pada November 2019.Â
Dengan fakta yang demikian membuat kita harus hati-hati bila tempat tinggal kita dekat dengan pekarangan, hutan, dan kebun bambu. Kita harus berhati-hati bila beraktivitas di sana. Harus dicek apakah di sekitar kita, terutama pada rumah-rumah yang tua dan terbuat dari bambu dan kayu, di sana menggantung sarang tawon.
Mengapa serangan tawon sekarang demikian agresif kepada masyarakat. Sejak dulu konflik antara manusia dengan tawon memang sudah terjadi namun mengapa sekarang intensitasnya meningkat tajam.Â
Kalau kita membandingkan dengan konflik antara manusia dengan harimau, gajah, dan binatang-binatang hutan atau liar lain, sepertinya mempunyai motif yang sama, yakni semakin menyempitnya habitat.Â
Dulu tawon hidup di hutan, pekarangan, maupun tempat-tempat yang penuh dengan rerimbunan dan pepohonan. Pada masa itu, meski dekat dengan rumah, jumlah penduduk belum sepadat saat ini, para tawon tidak pernah berkonflik dengan manusia. Bahkan madu dari para tawon itu diambil oleh manusia untuk berbagai resep makanan dan jamu.
Namun sepertinya sekarang area habitat tawon semakin menyempit. Di berbagai tempat, hutan, pekarangan, kebun bambu, dan tempat rerimbunan pohon lain berubah menjadi perumahan, jalan, bangunan dan faslitas umum lainnya. Dari sinilah, tawon mulai resah terhadap tempat tinggalnya.Â