Ketiga, salah satu faktor lain yang menyebabkan orang pindah partai adalah karena ada kesadaran dari masyarakat dan politisi bahwa semua partai sama. Maksudnya adalah meski partai berbeda warna jaket, ideologi, agama, dan visi serta misinya namun mereka mempunyai kepentingan yang sama.Â
Apa kepentingannya yang sama itu? Mendapat kekuasaan dan uang. Sebab mereka menuju titik yang sama, yakni kekuasaan dan uang, maka jalan ke sananya pun pastinya sama. Mereka menggunakan segala cara, pragmatis, dan mengingkari idealisme, demi kekuasaan dan uang yang ingin diraih. Apa buktinya semua partai sama? Buktinya KPK menangkap koruptor dari semua partai.
Dari sinilah maka politisi dan masyarakat menjadi sepakat bahwa semua partai adalah sama. Sebab sama maka tak menjadi masalah bila harus pindah tempat. Toh di tempat yang lama atau baru, apa yang dilakukan juga tak beda.
Keempat, orang pindah partai bisa jadi setelah ia membaca survey partai-partai yang lolos atau tidak dari parlement threshold sebesar 4 persen. Survey yang dirilis oleh sebuah lembaga survey tentu mengagetkan banyak orang sebab dari lima belas partai yang ikut dalam Pemilu 2019, diperkirakan hanya 7 partai yang lolos. Untuk itulah politisi mencari jalan aman dengan meninggalkan partai yang menurut survey tak lolos dan masuk ke dalam partai yang menurut survey lolos.
Dari paparan di atas, sekarang orang bila ingin menjadi wakil rakyat atau anggota DPR, tak lagi dilandasi idealisme. Sekarang apapun partainya yang penting bisa membawa dirinya menjadi wakil rakyat.Â
Dari sinilah maka tak ada lagi idealisme ideologi, agama, atau golongan dalam berpolitik. Di mana ada peluang terbuka, entah apa warnanya tempat itu, orang sudi dan mau bergabung bila menguntungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H