Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Nikmat Tidak Naik Bus Keliling Jakarta?

22 Januari 2014   14:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_317554" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Sebentar lagi masyarakat akan diberi satu wahana wisata lagi, yakni bus tingkat keliling Jakarta. Bus yang didatangkan dari China itu berupa bus tingkat dengan kapasitas 60 kursi. Bus wisata ini tak ubahnya dengan bus wisata keliling kota seperti yang ada di Singapura, Kuala Lumpur, Hongkong, London, dan beberapa kota dunia lainnya. Sebagai bus wisata tentu kemasan, cat, modelnya dibuat sedemikian menarik sehingga memancing orang untuk menikmati.

Sebagai bus wisata, angkutan ini disebut akan melintasi jalan dan persinggahan seperti di Kawasan Kota Tua, Monumen Nasional, Museum Nasional, Gedung Kesenian Jakarta, Blok G Tanah Abang, Ratu Plaza, Sarinah, Blok M, dan Bundaran Hotel Indonesia.

Sebagai wahana wisata baru, tentu pada hari, minggu, dan bulan pertama akan diserbu oleh para wisatawan. Ratusan orang akan antri untuk bisa menikmati bus yang jumlahnya hanya 5 itu. Selanjutnya, tergantung pelayanan dan rutenya. Sebab pelayanan dan rute akan mempengaruhi wisatawan untuk mencoba bus itu. Bila pelayanan dan rutenya menarik, animo masyarakat untuk mencoba bus ini akan tetap tinggi, begitu sebaliknya.

Pengadaan bus keliling kota, merupakan cara Jokowi untuk meningkatkan wisatawan di Jakarta. Bus tingkat semacam ini, Werkudoro, sebelumnya sudah diadakan di sepanjang Jl, Slamet Riyadi, Solo, dan terbilang sukses. Selain itu, bus keliling di Jakarta ini merupakan cara Jokowi untuk mengejar Jakarta dari ketertinggalannya dari Singapura, Kuala Lumpur, Hongkong, London, dan kota besar lainnya dalam masalah wisata kota.

Di Malaysia, Singapura, dan Thailand, bus tingkat sudah menjadi bus antarbandar, kalau di Indonesia antarkota antarprovinsi, bahkan hingga sampai antarnegara, ke Singapura dan Thailand pergi-pulang. Salah satu perusahaan pelayanan angkutan bus macam ini, seperti Transnasional, di antara armadanya adalah bus tingkat sudah melayani 12 juta penumpang dalam setahun.

[caption id="attachment_317495" align="aligncenter" width="300" caption="bus tingkat di malaysia"]

13903768101951479054
13903768101951479054
[/caption]

Agar wahana wisata seperti ini diminati oleh banyak orang tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Bus macam ini di Singapura diminati banyak wisatawan, bahkan sudah menjadi paket wisata itu sendiri, karena infrastruktur di kota itu sangat mendukung. Jalanan lancar, bangunan menjulang tinggi mengepung jalan, dan bangunan lama dipertahankan. Akibat yang demikian membuat para wisatawan merasa menikmati selama perjalanan. Sepanjang perjalanan, wisatawan akan mendongakkan kepala ke atas karena mengagumi tingginya gedung yang menjulang dan artistis. Selain itu bisa menikmati bangunan-bangunan tua peninggalan Inggris, Spanyol, China, Melayu, dan Arab yang meninggalkan keindahan di masa lalu. Perjalanan menjadi menarik sebab pergerakan bus tak tersendat dalam kemacetan. Kemacetan merupakan sebuah hal yang membuat perjalanan menjadi membosankan. Jadi rasa bosan bisa dihilangkan selama tak ada kemacetan.

Meski di Jakarta ada objek wisata yang tak kalah menarik, namun infrastruktur jalan di Jakarta kurang mendukung. Selain kemacetan, tidak tertibnya pengguna jalan lainnya akan menghambat pergerakan bus. Hal demikian bisa mengganggu kenikmatan pengguna bus wisata.

Bus wisata ini akan bisa melenggang bebas ketika melintasi Jl. Sudirman dan Jl. Thamrin, namun masuk Jl. Hayam Wuruk, Jl Gajah Mada, dan Jl. Sisingamangaraja, lajunya menjadi tersendat. Di Jl. Hayam Wuruk dan Jl. Gajah Mada akan tersendat oleh keruwetan jalan seperti angkot yang berhenti di sembarangan tempat, parkir motor di bawah Pasar Glodok, dan parkir mobil yang masih serampangan. Sementara di Jl. Sisingamangaraja akan terganggu oleh ranting dan dahan pohon yang ada. Bila bus tingkat ini sedikit-sedikit berhenti tentu penumpang yang berada di atas akan menjadi mual karena goncangan di atas lebih terasa daripada di bawah. Akibatnya mereka bisa tak tahan dan muntah. Kotor jadinya lantai dua bus itu.

Bagi wisatawan yang pertama kali datang ke Jakarta, kota ini adalah sebuah kota yang menarik dan metropolitan namun bagi masyarakat yang sudah lama menetap, Jakarta adalah sebuah kota yang biasa dan tak ada ikon lain selain Monumen Nasional. Lain dengan Kuala Lumpur selain ada Menara Petronas, juga ada Menara KL, Dataran Merdeka, dan objek wisata lainnya. Pun demikian Singapura, banyak tempat yang ingin dikunjungi seperti Merlion, Orchad. Nah sekarang bagaimana pengelola bus keliling Jakarta mampu membuat jalur yang menarik di sepanjang jalan, bebas macet, dan tak terganggu oleh keruwetan dan hambatan yang mengurangi nikmatnya perjalanan. Untuk itu perlunya kajian yang mendalam.

Bus yang rencananya beroperasi pada akhir Januari ini sepertinya hanya melayani wisatawan pada hari Sabtu, Minggu, dan libur nasional. Hal demikian bisa terjadi karena seperti paparan di atas untuk menciptakan kenyamanan wisata kota harus ada syarat-syarat tertentu seperti jalan bebas macet dan tak ada keruwetan di jalan. Bila demikian, dari Senin hingga Jumat, bus itu akan diparkir di garasi.

Kita menghargai langkah Pemda Jakarta untuk membuat wahana baru wisata kota namun agar wisata kota ini berjalan efektif maka faktor-faktor pendukung lain harus diadakan agar nasib bus keliling ini tidak mengalami nasib seperti Trans Jakarta. Jalurnya sudah menjangkau sudut-sudut Jakarta namun berebut dengan pengguna jalan lainnya yang membuat masyarakat masih enggan menggunakan sarana angkutan yang dibangun pada masa Gubernur Sutiyoso itu. @winangunardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun