Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Awas Tangan Tuhan di Piala Dunia 2014

22 Juni 2014   01:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Banyak kejutan dalam laga babak-babak awal penyisihan grup di Piala Dunia 2014 yang digelar di Brasil. Kejutan itu seperti tersingkirnya Juara Piala Dunia 2010 Spanyol dan Juara Piala Dunia 1966 Inggris dalam babak penyisihan grup. Padahal kedua kesebelasan itu jauh-jauh hari diprakirakan mampu melaju ke babak-babak selanjutnya.

Menarik dari babak-babak awal ini juga banyak gol bunuh diri, seperti saat Brasil melawan Kroasi dan Argentina melawan Bosnia-Herzegovina, di mana pemain belakang Brasil dan Bosnia dengan tak sengaja menceploskan si kulit bundar ke gawangnya sendiri. Pastinya pertandingan-pertandingan selanjutnya, baik babak penyisihan grup maupun sistem gugur pada babak selanjutnya akan seru dan panas.

Untuk menjadi pemenang, tentu masing-masing kesebelasan sudah mempersiapkan diri dengan kerja keras dan matang. Berbagai uji coba mereka lakukan agar pengalaman dan kekompakan tim tercipta.

Bola itu bundar, jadi akan banyak hal yang di luar prediksi kita bisa terjadi. Kesebelasan yang bertabur bintang mempunyai peluang untuk menjadi pemenang namun itu belum jaminan 100 persen. Keberuntungan dalam sepakbola, juga sangat menentukan kesebelasan itu bisa meraih apa yang diharapkan dan keberuntungan ini bisa hinggap pada kesebelasan mana saja, baik yang kuat atau lemah.

Perlu ditegaskan di sini adalah agar Piala Dunia 2014 tidak menjadi ajang menghalalkan segara cara untuk menjadi juara. Untuk itu perlunya pihak penyelenggara, terutama wasit, diharapkan bisa memimpin pertandingan dengan cermat dan teliti agar pertandingan yang dipimpin tidak menjadi catatan hitam yang akan dikenang sebagai sebuah tragedi sepakbola dunia.

Catatan hitam dalam sejarah Piala Dunia yang selalu dikenang seperti gol yang dilesatkan pemain Argentina, Maradona, dalam Piala Dunia 1986 di Meksiko, ke gawang Inggris dengan menggunakan tangan. Gol itu bisa terjadi karena wasit kurang awas. Pemain bertubuh pendek untuk ukuran Eropa dan Amerika Latin serta berambut kribo itu dalam batinnya mengakui bahwa dirinya memang menggunakan tangan namun untuk mengibur diri, ia menyebut kejadian itu dengan ungkapan Tangan Tuhan.

Tak hanya itu, saat Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, karena wasit tak awas, maka tendangan jarak jauh yang dilakukan pemain Inggris, Frank Lampard, meluncur deras ke gawang Jerman yang dikawal oleh Imanuel Nuer namun karena begitu tipis di antara garis gawang dan berlangsung begitu cepat maka tendangan itu, gol atau tidak, menjadi teka-teki. Pemain Inggris down sebab kontroversi itu oleh wasit dinyatakan tidak gol sehingga Inggris akhirnya kalah 1-4 dari Jerman.

Apa yang terjadi di tahun 2010 itu bisa jadi karma dari final Piala Dunia 1966, antara Jerman (Barat) melawan Inggris. Pada saat kedudukan 2-2, pemain Inggris, Geoff Hurst, membuat tendakan keras ke gawang Jerman. Masalahnya sama dengan yang terjadi di tahun 2010, yakni masih teka-teki gol atau tidak, namun wasit mengesahkan tendangan itu sebagai sebuah gol. Hal demikian membuat mental pemain Jerman down hingga akhirnya kalah 2-4 dari Inggris.

Dari sekian puluh pertandingan pada Piala Dunia 2010, pastinya ada kemungkinan-kemungkinan yang menimbulkan kontroversi. Kontroversi ini disebabkan oleh keterbatasan manusia, fisik dan jiwa. Mata wasit yang jumlahnya dua dan jarak pandang yang terbatas tentu tidak akan bisa 100 persen melihat gerakan-gerakan yang cepat sehingga kemungkinan tak awas dan lalai dalam memgambil keputusan bisa terjadi.

Untuk mengatasi keterbatasan manusia, memang sudah ada teknologi untuk memantau gerakan seluruh pemain dan gerakan bola dari menit pertama hingga menit ke 90 plus waktu tambahan namun kehadiran teknologi itu tidak bertindak sebagai wasit sehingga tak bisa menjadi pengadil atau mengadili bila terjadi hal-hal yang perlu ditengahi.

Untuk itu di sini perlunya sikap fair play dari seluruh pemain. Pemain tidak boleh menggunakan segala cara dan tipu daya untuk mengelabui kelemahan pandangan wasit untuk melakukan hal-hal yang sifatnya menguntungkan timnya. Sering kita lihat, pemain bila sudah berada di kotak penalti namun karena hadangan yang cukup rapat atau ingin mencetak gol yang lebih mudah, lewat titik penalti, maka pemain itu melakukan diving seolah-olah dia dijatuhkan. Bila wasit tidak awas tentu hal ini membuat wasit bisa memberi tendangan penalti.

Sikap mengelabui wasit dengan melakukan diving agar mendapat tendangan penalti selain merupakan langkah yang curang juga membuat permainan menjadi tidak menarik dan tak akan dikenang dalam sejarah sepakbola dunia. Pada final Piala Dunia 1990 di Italia, pertandingan final antara Jerman dan Argentina tidak menarik sebab gol yang terjadi lewat titik penalti setelah salah seorang pemain Jerman dijatuhkan oleh pemain Argentina, entah itu diving atau benar di-tackle, semuanya masih kontroversi.

Memang menjadi juara Piala Dunia adalah sebuah prestasi yang mengagumkan. Untuk itu seluruh kesebelasan akan menggunakan segala daya upaya untuk memenangi pertandingan. Meski demikian seperti slogan yang didengungkan oleh FIFA, fair play, maka seluruh kontestan harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai itu. Harus kita gaungkan bahwa menang itu penting namun lebih penting bila bermain yang cantik dan bersih. Bila tidak maka kemenangan yang terjadi akan selalu dihujat. Meski Maradona menjadi legenda sepakbola dunia namun Tangan Tuhan-nya akan dikenang sebagai sebuah sejarah yang buruk pada diri Maradona oleh publik sepakbola Inggris khususnya dan publik dunia pada umumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun