Pemerintah Timor Leste membantah adanya pernyataan yang menyatakan negara itu akan bergabung kembali dengan Indonesia. Kementerian Luar Negeri negara yang pernah menjadi salah satu provinsi di Indonesia itu mengecam keras apa yang dilakukan oleh para wartawan yang disebut memplintir berita.
Pernyataan yang mengatakan Timor Leste akan bergabung dengan Indonesia muncul saat Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao, hadir dalam peringatan HUT TNI ke-69 yang diselenggarakan pada 7 Oktober 2014 di Surabaya, Jawa Timur. Entah apa yang ditanyakan wartawan pada Xanana dan apakah yang muncul pernyataan dari Xanana seperti itu? Perlu diselusuri. Memang banyak wartawan yang suka memlintir berita namun wartawan diharamkan untuk mengarang cerita.
Terlepas dari mau bergabung atau tidak, di sini sepertinya ada benarnya apa yang dikatakan oleh Xanana yang ‘ingin’ bergabung dengan Indonesia. Bisa jadi Xanana sudah merasa lelah membangun negaranya sejak 1999 yang ternyata belum mampu menjadi sebuah negara yang bisa diharapkan. Tak hanya itu, Xanana terperanjat dan baru sadar bahwa Indonesia adalah negara yang sangat besar yang mampu menghidupi wilayah-wilayah yang luas dan penduduknya lebih dari Timor Leste.
Mengapa Xanana sepertinya lelah mengurus negaranya dan seolah-olah ingin kembali ke pangkuan Indonesia? Alasannya, bisa jadi, pertama, secara kewilayahan negara itu memiliki wilayah yang tidak terlalu luas, 14.874 km persegi. Bandingkan dengan luas Provinsi Nusa Tenggara Timur, 48.718,10 km persegi. Dengan wilayah yang sempit tentu akan memiliki banyak keterbatasan, apalagi kalau kita lihat wilayah negara itu sebuah tempat yang daratannya lebih banyak disusun dari unsur karang daripada tanah.
Hal demikian membuat Timor Leste adalah sebuah daerah yang tandus. Sebab tandus maka kebutuhan bahan pangan banyak didatangkan dari Indonesia, misalnya dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan daerah lainnya. Di sini menunjukkan adanya ketergantungan negara tersebut pada Indonesia.
Selain tanahnya tandus, negara tersebut tidak memiliki sumber alam yang bisa menjadi sumber penghasilan. Disebut adanya kandungan minyak bumi dan gas alam di negara tersebut sepertinya omong kosong sebab sampai saat ini tak terdengar adanya eksploitasi.
Kedua, dengan kendala sumber daya alam yang terbatas maka pemerintah Timor Leste terbebani dengan bagaimana menghidupi masyarakatnya. Meski secara sensus pada tahun 2013, jumlah penduduknya 1.172.390 namun untuk menghidupi penduduk sebanyak itu dirasa terlalu berat.
Pemerintah harus mengeluar anggaran untuk membiaya gaji pegawai, kesehatan, pendidikan, dan biaya lainnya. Sementara anggaran untuk mengisi kas negara tidak ada. Anggaran yang dikeluarkan negara membengkak ketika banyak anak-anak muda negara itu menempuh pendidikan di Indonesia seperti di Kupang, Denpasar, Jogjakarta, Malang, Surabaya, dan kota-kota lainnya.
Ketiga, Timor Leste adalah sebuah wilayah yang tidak strategis. Sebab tidak strategis maka daerah itu bukan sebuah laluan dari jalur lalu lintas udara dan kapal laut. Timor Leste bukan daerah strategis, buktinya  dalam sejarah masa lalu Timor Leste bukan sebuah daerah yang diperebutkan para penjelajah laut seperti Inggris, Belanda, Portugis, Spanyol, dan negara Eropa lainnya.
Bandingkan dengan Sumatera, Jawa, Malaya, Singapura, Maluku. Daerah-daerah itu merupakan daerah yang strategis sehingga sampai-sampai negara-negara Eropa berebut dengan darah untuk memilikinya.
Bila Timor Leste sebagai sebuah daerah strategis, ia bisa menghidupi diri dari pungutan pajak dari laluan transportasi udara dan laut seperti Singapura. Namun karena wilayah ini tidak strategis maka daerah itu sepi dari laluan transportasi, yang ada paling transportasi dari dan ke Indonesia serta dari dan ke Australia. Sebagai daerah yang tak strategis itulah maka banyak negara yang tidak melirik Timor Leste.
Keempat, bisa jadi Xanana Gusmao kecewa dengan Australia. Australia yang secara diam-diam, terutama masyarakatnya yang ingin Timor Leste ingin berpisah dengan Indonesia, rupanya sudah meninggalkan negara itu padahal sebelumnya Australia berjanji akan ‘menyusui’ Timor Leste. Namun karena Timor Leste tak memiliki apa-apa, baik sumber daya alam maupun tinjauan geostratregis dan geopolitik, maka Australia juga sudah merasa bosan dan lelah menyusui terus Timor Leste sehingga mereka secara diam-diam dan pelan-pelan mencampakannya.
Kelima, permasalahan Provinsi Timor Timur dulu sebenarnya bisa diselesaikan seperti Aceh dan Papua, di mana ada undang-undang ‘khusus’ yang memberi kesempatan kepada mereka untuk lebih leluasa mengurus masalah wilayahnya sendiri. Di sinilah Xanana menyesalnya tidak mengajukan opsi yang demikian.
Faktor-faktor di ataslah yang membuat Xanana dan banyak orang Timor Leste merasa bimbang, galau, dan bingung akan masa depannya. Sehingga entah secara tak sadar Xanana mengatakan ingin kembali ke Indonesia. Apa yang dikatakan Xanana bisa jadi secara diam-diam didukung oleh rakyat Timor Leste apalagi banyak di antara mereka yang dibesarkan di Indonesia. Bila ada yang membantah bisa jadi itu ego atau gengsi saja. Keegoan seperti masa lalu yang terlalu yakin bisa mandiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H