Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Ninih dan Pencari Sensasi

8 Desember 2014   19:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah cantik dan tinggi semampai, bisa membuat seorang perempuan menjadi tenar dan popular. Hal demikian terjadi pada Ninih. Ninih awalnya adalah seorang perempuan yang berjualan getuk di sebuah jembatan penyeberangan di Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, namun saat ini menjadi perbincangan di televisi, koran, online, media sosial, karena kecantikannya itu.

Orang yang lalu lalang melintasi diri dan getuknya bisa jadi tidak tertarik dengan makanan itu, getuk adalah makanan tradisional yang bagi orang Jakarta bisa jadi kalah popular dengan pizza, su shi, fried chicken, atau makanan lainnya; namun tertarik pada wajahnya yang enak dipandang.

Faktor cantik dan tubuh yang ideal itulah yang bisa menjadi faktor penglaris getuknya. Kalau orang biasa yang jualan, sehari mendapat Rp100 ribu, karena yang jualan orang cantik maka penghasilannya bisa sampai Rp300 ribu. Ini memang sesuai dengan teori marketing modern.

Kecantikan Ninih itu rupanya tidak hanya ditangkap oleh pejalan kaki namun juga diunggah oleh pencari berita atau bakat. Dari sinilah akhirnya Ninih sang penjual getuk menjadi kesohor dan sudah diundang oleh banyak stasiun televisi untuk pertunjukan bicara (talkshow).

Respon masyarakat terhadap cerita Ninih demikian hebohnya, banyak orang yang ingin tahu siapa dia. Hal demikian bisa jadi akan menaikan ratting siaran televisi yang menayangkan perempuan yang disebut hanya lulusan sekolah dasar itu. Bila Ninih sering tampil di televisi dan selanjutnya mampu berakting dalam sinetron atau film, maka sebentar lagi predikat artis akan melekat pada dirinya.

Masyarakat suka dengan cerita dan kisah Ninih, bisa jadi sekarang banyak orang bosan dengan cerita dan berita dari artis yang sering muncul di televisi atau koran entertaiment yang hanya bermodal polah dan tingkah dengan mencari sensansi. Masyarakat sudah bosan dengan artis itu. Agar tidak bosan maka ia mencari sensansi dengan cara foto disembah, pura-pura ribut dengan artis lain, atau bertutur kata dan berjalan yang tidak biasa.

Akibat yang demikian maka televisi menjadi jenuh, akibatnya produser atau pencari bakat mencari berita-berita yang sifatnya baru dan menyegarkan. Kisah Ninih yang saat ini heboh dan mendapat respon yang meriah di televisi, koran, online, dan media sosial, merupakan bentuk kerinduan masyarakat akan sesuatu yang sifatnya natural dan tidak dibuat-buat.

Ninih sebagai gadis desa yang cantik dan tinggi semampai tentu bukan artis yang mencari sensasi dengan jualan getuk. Bisa jadi ia gadis sederhana yang ingin menyambung hidupnya dengan berjualan makanan yang terbuat dari ubi. Sifat natural inilah yang justru membuat orang suka dan penasaran untuk ingin mengetahuinya.

Dari kisah Ninih maka di dunia hiburan atau dunia lainnya, terjadi pertarungan antara yang natural dan yang pura-pura, sensasi, atau dibuat-buat. Yang natural biasanya jarang ditemui dan munculnya tidak terduga. Meroketnya pamor penyanyi dangdut Inul Daratista di masa lalu juga dikarenakan ia penyanyi dangdut yang natural, yang tampil dari panggung ke panggung, dari kampung ke kampung, dan goyangnya alami tidak dibuat-buat oleh pelatih dancer. Pun demikian dengan Ayu Ting Ting, ia menjadi kesohor setelah membawakan lagu yang tak biasa, natural.

Menjadi tantangan ketika yang natural sudah masuk dalam dunia yang penuh kepura-puraan, apakah ia bisa mempertahankan diri atau malah melebur dalam dunia itu. Dunia yang penuh kepura-puraan sebagai dunia yang penuh materi tentu bisa melenakan bagi artis pendatang baru. Nikmat dan enaknya materi yang diterima membuat ia bisa melupakan jati dirinya.

Ninih mungkin sekarang menerima honor hanya dari upah saat talkshow. Ketika talenta dirinya cocok dengan dunia artis, maka kontrak yang ditandatanganinya bisa membuat hidupnya berubah drastis, yang biasanya naik kopaja atau metro mini bisa berganti naik taxi dan selanjutnya mobil pribadi. Yang biasanya makan makanan yang biasa dijual, berganti menjadi makan pizza atau makanan asing lainnya. Yang sebelumnya hanya minum air putih bisa minum beer. Sebelumnya antirokok menjadi perokok.

Di tengah persaingan yang ketat maka mencari sensasi bisa menghinggapi Ninih ketika dirinya sudah setara dengan Syahrini, Julia Perez, Dwi Persik, dan artis lainnya. Bila demikian maka orang akan menjauhi dirinya.

Untuk melanggengkan keartisannya memang banyak artis yang menempuh dengan cara-cara mengumbar sensansi. Cara yang demikian bisa saja membuat ia tetap popular dan mendapat kontrak kerja, namun yang perlu diingat bahwa masyarakat bosan dan jenuh kepada mereka. Kehadirannya tidak disambut dengan sikap yang positif namun dicibir, dianggap sebagai sosok yang negatif di masyarakat, dan dianggap sebagai hama.

Sayangnya, artis yang menjual sensasi itu tidak sadar bahwa dirinya dianggap sebagai hama oleh masyarakat sehingga perilakunya dari hari ke hari semakin menjadi aneh dan tidak malu-malu melakukan sesuatu yang sifatnya keluar dari etika dan norma. Kehidupannya tidak malu di-live-kan oleh stasiun televisi dengan durasi panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun