Singapura (takkan melayu hilang di bumi)
Bismillahirrahmanirrahim
Singapura, negeri yang dibangun oleh Prameswara anak dari Sang Nila Utama anak dari Demang Lebar Daun yang berasal dari Bukit Siguntang Palembang Sumatera Selatan, Indonesia. Negeri asalnya bernama Kerajaan Tumasik yang namanya sekarang diambil menjadi nama Perusahaan Negara Singapura "Temasek". Ketika datang serangan dari utara, Prameswara berpindah dan mendirikan Malaka, keturunannya selanjutnya membangun Johor dan kemudian Melayu Riau, inilah asal muasal sesungguhnya "Bangsa Melayu". Mereka yang bermukim di daerah inilah yang mendapatkan Legacy/Warisan sebagai penerus Bangsa Melayu.
Singapura sebagai negara dengan minim sumber daya alam, pada zaman Mr. Lee Kwan Yew membuat sebuah basis ekonomi sebagai negara penyedia jasa (services country), sebuah keputusan yang sangat tepat sehingga membuat Singapura yang juga dikenal sebagai dot country menjadi sebuah negara yang cukup disegani dalam kancah Internasional.
Hubungan emosional yang erat dengan Hongkong dan Taiwan akibat mayoritas pelaku ekonomi di negara ini sejak merdeka adalah dari etnis China (walaupun ada juga dari India dan negara lain) membuat ekonomi Singapura melesat melampaui negara-negara pemilik sumber daya alam berlimpah disekitarnya. Sistem perbankan yang baik membuat dana mengalir deras dari negara tetangga termasuk dari China, Jepang dan Taiwan.
Perkembangan system ekonomi berbasiskan jasa ini terlihat jelas sekarang, hampir tidak ada perusahaan besar dunia yang tidak memiliki kantor cabang disana, akan tetapi mereka memiliki strategi sendiri untuk perbankan, karena terlihat hanya perbankan local yang menjadi Bank Utama (Prime Bank). Sepertinya Arab Saudi harus belajar dari Singapura jika ingin berubah dari Petro country menjadi Services country.
Saya sempat terkagum-kagum saat melihat bagaimana Singapura menjaga betul warisan budayanya, rumah-rumah etnis dan kolonial bahkan kuburan dan masjid, sesuatu yang saat ini dibanyak negara mungkin sudah banyak yang hilang ditelan modernisasi. Bila kita berkeliling Singapura akan sangat terasa nuansa ini, hanya saja bila kita memahami sejarah, sebuah pertanyaan besar akan muncul, kenapa sebagian besar budaya yang dirawat adalah peninggalan etnis China? Jawabannya menarik, "mungkin memang merekalah yang membangun Singapura sejak masa sebelum merdeka sampai sekarang". Lalu kemana etnis Melayu? Nah, inilah yang memperihatinkan saya.
Ada harga yang harus dibayar oleh pembangunan dan modernisasi, yaitu hilangnya "Bahasa Melayu".
Upaya menjadi Kekuatan Ekonomi Dunia membuat Singapura harus mengedepankan Bahasa Inggris dalam kesehariannya, hal ini terutama karena Bahasa ini sudah menjadi Bahasa resmi sejak sebelum merdeka.
Kemudian Bahasa Mandarin, yang menjadi Bahasa perdagangan bagi etnis China disana. Menarik bagi saya terutama ketika mengobrol dengan beberapa China Singapura, generasi muda mereka ternyata mereka tidak berkiblat ke China Daratan, mereka lebih bangga dengan "saya China dan saya Singapura".
Lalu Bahasa Urdu/India mengingat banyak etnis India yang sudah mukim sejak lama dan menjadi salah satu motor pembangunan di Singapura.