Dalam upaya memperkuat pemahaman dan kepekaan mahasiswa calon guru terhadap isu kebinekaan global, Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan  Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan diklat kebinekaan global bagi mahasiswanya pada tanggal 1 April 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 tahun 2023, termasuk Prodi Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis (MPLB) dan diisi oleh pembicara terkemuka dari kalangan akademisi
Diklat kebinekaan global mengupas lima topik penting yang berkaitan dengan isu keberagaman dan perdamaian dunia. Topik pertama, "Dunia yang Berwarna," mengajak mahasiswa untuk melihat kekayaan budaya dan keragaman yang ada di seluruh penjuru dunia. Pembicara mengingatkan bahwa perbedaan bukan sesuatu yang harus ditakuti, melainkan diapresiasi dan dihargai.
Sementara itu, topik kedua, "Negeri yang Harmoni," menyoroti pentingnya membangun rasa persatuan dan kerukunan di tengah keragaman yang ada di Indonesia. Mahasiswa diajak untuk merefleksikan peran mereka sebagai calon guru dalam menanamkan semangat kebhinekaan kepada peserta didik. Pembicara menyajikan materi dengan cara yang menarik yaitu melalui games yang interaktif sehingga mahasiswa tidak gampang bosan ditengah-tengah keadaan berpuasa.
Topik ketiga, "Damai Mulai dari Diri Sendiri," menekankan bahwa perdamaian dunia harus dimulai dari diri sendiri. Pembicara mengajak mahasiswa untuk berdamai dengan diri sendiri. Ketika individu dapat menerima apa yang ada dalam diri hal tersebut akan mempengaruhi emosional untuk tetap bertindak bijak dan tenang. Berdamai dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan cara percaya diri, memahami pikiran sendiri, peduli dengan diri sendiri, menghadapi rasa takut, dan menyadari bahwa kecewa adalah bagian dari hidup.
Adapun topik keempat, "Sekolah yang Berbhineka," mengupas tantangan dan peluang dalam menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan menghargai keberagaman. Pembicara menekankan pentingnya kurikulum dan metode pembelajaran yang sensitif terhadap isu kebinekaan. Pada kesempatan ini mahasiswa saling bermain peran untu menyelasaikan permasalahan kebhinekaan yang sering terjadi di sekolah pada umumnya. Dengan adanya praktik tersebut diharapkan mahasiswa dapat memahami materi lebih dalam dan dapat menerapkan nilai-nilai kebhinekaan dalam dunia nyata.
Terakhir, topik kelima, "Sekolah yang Damai," memaparkan strategi untuk membangun budaya perdamaian di lingkungan sekolah. Pembicara menekankan peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, dan menghargai perbedaan. Terdapat beberapa dimensi budaya damai yang dikembangkan dalam sekolah diantaranya : kedamaian dan anti kekerasan, hak asasi manusia, demokrasi, toleransi pemahaman antar bangsa dan antar budaya, serta pemahaman perbedaan budaya dan bahasa. Pada Topik ini tujuan utamanya adalah praktik penanaman nilai-nilai keberagaman di sekolah.
Salah satu peserta diklat, Ardita Kurniawan , mengungkapkan antusiasmenya mengikuti kegiatan ini. "Saya merasa tercerahkan dengan materi-materi yang disampaikan. Sebagai calon guru, kami memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai-nilai kebhinekaan dan perdamaian kepada para siswa sejak dini," ujarnya.
Ammru Suganda menambahkan, diklat ini membantunya memahami bahwa keberagaman bukan hanya soal perbedaan suku, agama, ras, dan budaya, tetapi juga mencakup keragaman dalam hal kemampuan, kondisi fisik, dan latar belakang sosial ekonomi siswa. "Kami harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menghargai setiap perbedaan yang ada," tegasnya.