[caption caption="Mario Balotelli (huffingtonpost.co.uk)"][/caption]Dear Mario,Sehubungan dengan penampilan Anda selama berseragam AC Milan, berikut sedikit evaluasi kinerja Anda sejauh ini dalam mengarungi musim-musim yang berat bersama klub-klub besar yang disinggahi.
Bersama AC Milan, Anda bisa dibilang berkontribusi bagus dalam mengarungi pertandingan demi pertandingan di musim 2013-2014 sebelum akhirnya berlabuh kembali ke Liga Inggris bersama Liverpool. Digadang-gadang menjadi lumbung gol bersama The Reds, duduk di bangku cadagan malah menjadi rutinitas setiap minggunya.
[caption caption="Balotelli yang selalu mengambil jatah tendangan pinalti (Getty Images)"]
Anda memang tidak pernah marah jika pemain lawan menjegal pergerakan Anda saat mengolah si kulit bundar, mungkin karena Anda ingin sekali mengambil kesempatan menendang bola saat tendangan bebas. Namun jika Anda merasa “tergocek” oleh lawan, tindakan kasar dan tidak sportif dilakukan. Hujan kartu kuning pun sudah menjadi makanan biasa untuk Anda.
Demi membela diri, Anda hanya bisa menangis saat para haters melempari Anda dengan pisang dan meneriakkan sesuatu yang rasis. Terlepas dari hal itu, sebaiknya Anda membuktikan diri dengan pencapaian yang luar biasa sebagai pesepakbola muda harapan Italia (yang hanya numpang lewat).
Belum lagi rasa respect terhadap pelatih yang tidak ada dalam pribadi Anda. Emosi saat digantkan pemain lain saat bertanding dan menolak untuk menjalankan langkah-langkah saat berlatih.
[caption caption="Balotelli yang selalu mengambil jatah tendangan bebas (Getty Images)"]
Sudahlah Mario, janganlah memaksakan diri. Sebagai saran terbaik, sebaiknya Anda bermain untuk klub lain di Italia yang ingin menaikkan popularitas dan buah bibir di media, atau setidaknya menjadikan Anda seseorang yang diandalkan. Publik pecinta sepakbola sudah terlalu jauh menilai Anda sebagai pesepakbola dengan masa depan cerah. Mungkin klub-klub sekelas Hellas Verona, Carpi, dan Frosinone lebih membutuhkan “jasa” Anda di lain hari.
[caption caption="Balotelli yang cuek dengan pelatihnya sendiri (FourFourTwo Magazine)"]
Dari seorang Milanisti