Suatu hari saya berkomunikasi dengan dosen pembimbing melalui pesan singkat. Karena beliau adalah seorang dosen, tentu bahasa yang digunakan dalam mengirim pesan adalah bahasa formal, bahkan saya berusaha untuk tidak menyingkat satu kata pun dalam pesan tersebut.
Mahasiswa: “Good afternoon, Ma’am. Would you like to discuss my thesis proposal on Saturday? Thank you in advance."
Dosen: “Sorry, I don’t work on Saturdays!”
Saya jadi merasa tak enak hati pada awalnya, beliau membalas pesan dengan bubuhan tanda seru di akhir kalimat. Bagi sebagian orang Indonesia mungkin ini pertanda marah. Namun nampaknya hal itu tidak sepenuhnya benar, dan pada akhirnya saya tidak menghiraukannya. Mungkin di Amerika bisa berarti lain.
Ini cuma contoh kecil kalau bahasa yang digunakan dalam obrolan teks cenderung bermakna ganda dan mungkin terjadi miskomunikasi, apalagi jika tidak dilengkapi dengan tanda baca seperti koma, titik, tanda tanya, ataupun tanda seru.
Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh Celia Klin bersama rekan satu timnya kepada mahasiswa di Universitas Binghamton, New York, menemukan bahwa seorang yang mengakhiri pesan teks dengan titik (.) dianggap tidak sopan dan bisa dibilang orang yang menyebalkan.
Isu terkait CMC (Computer-mediated Communication) memang sudah menjadi topik yang sering diteliti oleh para ahli bahasa (linguist) hingga saat ini. Salah satunya adalah bahasa dalam pesan teks (text messaging). Di Indonesia mungkin kita tidak terlalu memusingkannya, namun di English speaking countries seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, hal ini bisa menjadi masalah antara komunikator dan komunikan.
Seperti yang dilansir metro.co.uk, penelitian Celia Klin menemukan bahwa pesan teks yang diakhiri dengan titik terlihat kurang sopan. Jika kalian merespon ajakan seseorang ke sebuah acara dengan kata “sure.” (dengan titik), orang akan menganggap kita sebenarnya tidak ingin menghadirinya.
Pesan teks yang diakhiri dengan tanda seru justru dianggap lebih sopan. Karena jawaban kita dianggap sangat antusias walau hanya membalas pesan dengan “Sure!” atau “Okay!”. Jadi jika kalian berkomunikasi dengan bahasa Inggris dalam pesan teks, hal ini bisa jadi pengetahuan baru bagi kita yang sedang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing (L2 Learners).
Dalam penelitiannya, Celia Klin menyimpulkan bahwa antara pesan teks dan catatan seseorang kurang lebih sama. Tanda baca digunakan komunikator dan dimengerti oleh komunikan untuk menyampaikan informasi pragmatik dan sosial didalamnya.
Sedikit membingungkan, karena dalam bahasa Indonesia tanda seru cenderung diartikan berbeda.