Mohon tunggu...
Ardiansyah Taher
Ardiansyah Taher Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sociolinguist

Music, Sports, Languages

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Episode Perdana Bincang Sapa, Menelusuri Jejak Sianida

2 Maret 2016   21:46 Diperbarui: 2 Maret 2016   21:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyelusuran tim Berkas Kompas dalam mengungkap bagaimana Sianida dapat dengan mudahnya didapatkan didiskusikan dalam acara bertajuk “Bincang Sapa”, sebuah acara off air Kompas TV yang diselenggarakan pada 20 Februari silam di Bentara Budaya Jakarta.

[caption caption="Bincang Sapa di Bentara Budaya Jakarta (Dokumentasi Pribadi)"][/caption]

A: “Pak, mau beli Sianida”

B: “Mau beli berapa drum?”

A: “Satu drum saja, buat penelitian, tugas kampus”

B: “Boleh, asalkan jangan untuk kopi saja ya”

Begitulah kira-kira percakapan tim Berkas Kompas dengan penjual zat berbahaya ini dalam VT yang ditayangkan. Meskipun pencarian langsung ke toko-toko kimia di Jabodetabek tidak menghasilkan apapun, namun Sianida bisa dengan mudah didapatkan melalui jalur online, tinggal atur waktu kapan transaksi secara langsung bisa dilakukan.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, Sianida kini menjadi buah bibir masyarakat Indonesia sejak kasus kematian Mirna yang misterius setelah meminum kopi Vietnam. Jessica yang merupakan kerabat dekatnya kini ditetapkan menjadi tersangka pembunuhan ini.

Dipandu oleh si cantik Glory Ojong bersama narasumber yang juga merupakan produser Berkas Kompas, Veronica Harry, Mercy Tiyaroh, dan Ahli Toksikologi dari Universitas Indonesia, Dr. Budiawan, Bincang Sapa edisi perdana kali ini membahas tentang zat Sianida ini. Mengapa Sianida bisa dengan mudah didapatkan di Indonesia, bagaimana bahayanya zat ini disamping manfaatnya dalam dunia Industri, semua terangkum hangat dalam talkshow ini.

[caption caption="Ilustrasi Kopi yang mengandung Sianida (megapolitan.kompas.com)"]

[/caption]

Ternyata memang pengawasan terhadap peredaran zat berbahaya ini masih belum ketat Indonesia. Perbincangan ini bukan untuk menjelaskan bagaimana kita dapat mendapatkan zat berbahaya ini, namun sebagai introspeksi bahwa seharusnya pemerintah lebih tegas lagi dalam peredaran zat-zat berbahaya agar tidak disalahgunakan oleh orang. Sianida sama saja seperi Arsenik, seperti pisau bermata dua, di satu sisi bermanfaat untuk industri namun di sisi lain bisa menjadi alat dalam pembunuhan berencana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun