Seperti yang sudah ditetapkan pemerintah pusat, langkah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diambil demi memutus rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia yang terus bertambah, terutama di DKI Jakarta sebagai pusat episentrum pandemi COVID-19.
Tidak sedikit perusahaan di ibu kota menerapkan sistem working from home untuk karyawannya bekerja dari rumah atau mengurangi jumlah personil yang bertugas di kantor terkait pembatasan sosial dan fisik ini.
Sebagian orang yang bekerja di sektor industri tertentu masih bisa merasakan bekerja dari rumah, bahkan kini sudah mulai nyaman atau mungkin bosan dan ingin segera beraktifitas seperti biasanya. Sebagai seorang pengajar, peralihan kelas menjadi tatap muka virtual mungkin tidak menjadi kendala untuk Saya.
Setidaknya kerinduan akan suasana kelas dan proses pembelajaran serta interaksi antar mahasiswa masih bisa terbangun meski terpisah jarak. Rasa prihatin kemudian datang untuk orang-orang terdekat yang berbeda profesi.
Bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan yang sama untuk bisa bekerja dari rumah saja di tengah risiko pandemi COVID-19 seperti saat ini?
Pedagang Mie Ayam kaki lima yang biasa mangkal di pinggir jalan dekat rumah hanya mampu menjual kurang dari 5 porsi perharinya sejak pandemi ini membuat banyak orang harus di rumah saja.
Keterbatasan usaha dagangnya masih tradisional, belum dilengkapi layanan aplikasi untuk pemesanan online. Kondisi ini semakin mempersulitnya yang sering disapa "Pakde Kumis" ini.
Setelah seminggu berjualan namun sepi pembeli, Pakde Kumis pun memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Jawa Tengah untuk sementara.
Meskipun himbauan untuk mudik sudah digalakkan, namun tak ada pilihan lain unutknya karena mungkin saja Ia bisa mencari pekerjaan sampingan lain di sana.
Sedikit kisah dari Pakde Kumis ini menggambarkan bahwa kondisi sekarang tentu berdampak pada produktifitas dan penghasilan para pekerja harian yang juga mencari nafkah di ibu kota, karena masih banyak juga masyarakat yang harus tetap keluar rumah demi mencari rupiah setiap harinya.
Ini adalah salah satu dari banyak sekali cerita dari masyarakat yang terdampak situasi pandemi seperti sekarang ini.