Liga Indonesia (yang resmi) akan segera bergulir kembali setelah FIFA menjatuhkan hukuman kepada PSSI yang mengharuskan kompetisi elit sepakbola Indonesia bertajuk “QNB League” berhenti sesaat setelah lepas landas dari garis start. Cerita berlanjut di tengah hukuman dengan gelaran turnamen-turnamen selingan hingga yang teranyar adalah "Torabika Soccer Championship". Kini Liga Indonesia kembali bebenah dan banyak hal-hal menarik tantang wajah baru Liga Indonesia musim ini.
Nama liga yang unik dan sarat akan startup
Gojek Traveloka Liga Satu; mungkin singkatannya “Liga Go-Lok”, nama kompetisi yang terdengar agak asing dan kurang elegan mengingat beberapa musim sebelumnya, Liga Indonesia disponsori perusahaan perbankan (Liga Bank Mandiri) dan rokok (Djarum Indonesia Super League). Namun ini jadi lahan baru startup untuk “membakar” uangnya di industri sepakbola Indonesia yang berusaha kembali menggeliat. Apapun sponsornya, nama kompetisi bukanlah masalah asalkan kompetisinya berjalan dengan baik hingga akhir musim nanti. Sisi positifnya, hadiah yang diberikan bisa lebih besar dan membuat kompetisi semakin kompetitif dan penuh gengsi.
Marquee Player dan pembatasan usia di Liga 2
Essien dan Cole, Marquee Player yang dibelanjakan Persib Bandung (Tribunews.com)
Ini pertama kalinya Liga Indonesia menerapkan kebijakan pemain bintang alias Marquee Player disamping kebijakan pemain asing Asia dan non-Asia. Meskipun tidak diwajibkan dan banyak keluhan dari beberapa klub yang kontra dengan kebijakan ini, tidak membuat Michael Essien dan Cartlon Cole mengurungkan niat merumput di Liga Indonesia. Yang terbaru, Peter Odemwingie sah berseragam Madura United dan siap bersaing dengan Marquee Player lainnya. Liga 2 juga mulai memprioritaskan para pemain muda untuk unjuk gigi. Namun kabar buruh melanda kasta kedua Liga Indonesia ini. Peraturan usia maksimal 35 tahun membuat karir legenda hidup Persebaya, Mat Halil, harus terhenti. Salah satu jalan hanyalah menawarkan dirinya sendiri ke klub Liga 1 yang berminat menggunakan jasa pemain bertahan berusia 37 tahun ini.
Geliat sponsor dan apparel yang melekat pada jersey klub
Jersey Bali United yang penuh sponsor (Foto: Instagram.com/baliunitedfc)
Sebagai lahan industri yang potensial, lahan basah ini tentu menjadi incaran. Sejak APBD dilarang membiayai klub sepakbola, klub lokal pun harus mencari dana tambahan dari kerjasama sponsorship. Tak heran jika logo sponsor di seragam klub sepak bola peserta Liga Indonesia semakin ramai melekat. Produsen jersey lokal dan internasional juga berbondong-bondong menjajaki klub-klub kontestan Liga Indonesia. Mungkin ini adalah rekor baru yang tercipta di Liga Indonesia ketika Bali United berhasil mengaet 8 sponsor utama dan 6 sponsor pendukung di musim ini; membuat seragam tempurnya penuh iklan. Tak mau kalah dari Liga 1, peserta Liga 2 juga tak mau kalah soal sponsor.
Stadion baru berstandar dunia
Stadion Palaran (Tribunnews.com)
Stadion Batakan dan Stadion Palaran menjadi arena baru yang sedang bebenah dan kemungkinan akan menggelar partai-partai Liga Satu. Meskipun masih belum dipastikan, kandang Persiba Balikpapan dan Pusamania Borneo FC ini menjadi daya tarik karena gaya bangunan stadion ala Eropa-nya disamping stadion megah lainnya seperti Jakabaring di Palembang dan Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) di Bandung.
**
Selain hal menarik di atas, beberpa hal yang sangat disayangkan tentu ada dari kembalinya kompetisi resmi sepakbola yang segera bergulir ini. Yang pertama adalah gagalnya Persipura Jayapura dan Persib Bandung menjadi kontestan Piala AFC musim 2017 dan juga polemik lain terkait aturan 5 pergantian pemain di setiap pertandingan yang sudah jelas melanggar “Law of The Game” FIFA. Semoga dengan bergulirnya kembali Liga Indonesia bisa mengembalikan kejayaan sepakbola tanah air di kancah Internasional.
Lihat Bola Selengkapnya